Mohammad Natsir Sang Pemimpin Dunia

Oleh : Husna Hisaba Kholid

" siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?"
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنْ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْض الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا
“Abdullah bin 'Amru bin Al 'Ash berkata; aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya Allah tidaklah mencabut ilmu sekaligus mencabutnya dari hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan cara mewafatkan para ulama hingga bila sudah tidak tersisa ulama maka manusia akan mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh, ketika mereka ditanya mereka berfatwa tanpa ilmu, mereka sesat dan menyesatkan".

       “Seorang pemimpin hendaknya berakhlak tinggi dan berakar di hati Rakyat” itulah suatu penggalan nasehat seorang pemimpin dunia Mohammad Natsir kepada generasi muda untuk menjadi pemimpin dimasa depan. Siapa yang tak kenal dengan nama itu? Seorang perdana menteri pertama RI ini telah menggoreskan tinta sejarahnya mengenai keteguhan prinsipnya terhadap ideology kenegaraan yang ia nyatakan pada Negara  bahwa Islam sebagai dasar Negara.
       Putera minang gelar datuk sinaro panjang ini ikut mengukir sejarah perjuangan kemerdekaan tanah airnya, Indonesia . Juga tercatat dalam khazanah perjuangan dunia islam yang membentang dari maroko hingga merauke, di antaranya sebagai wakil presiden muktamar alam islami yang berpusat di Karachi (hakim, 1993 :161)
       Mohammad natsir dilahirkan dikampung jembatan berukir, Alhan Panjang Sumatera  Barat pada tanggal 17 juli 1908. Ia adalah putera pasangan sutan saripado-seorang pegawai pemerintah- dan khodijah. Mohammad Natsir pergi ke Bandung pada 1927 untuk melanjutkan studinya pada AMS A-2 (Algemene Midelbare School klasieke Afdeling, setingkat SMA sekarang) setelah ia menyelesaikan sekolah dasarnya di HIS (Hollandsch Inlandsche school) dan madrasah diniyyah di solok, Padang (1916-1923) dan pendidikan menengah pertamanya di MULO ( Meer litgebreid lager onderweijs) Padang (1923-1927). Selain  menelesaikan sekolah formalnya, Natsir juga pernah belajar di sekolah agama, di solok  yang di pimpin oleh tuanku Mudo Amin, seorang pengikut dan kawan Haji Rosul. Ia juga mengikuti pelajaran secara teratur yang diberikan oleh Haji Abdullah Ahmad, seorang tokoh pembaharu di padang. Dari kegiatannya berguru kepada beberapa ulama pembaharu itu, dapat dikatakan bahwa natsir telah mengenal ajaran pembaharu islam ini sejak kecil (wildan, 1999 : 54).
       Watak keras dan keuletannya mulai tampak tatkala ia harus menempuh tiga pelajaran sekaligus  dalam dalam satu hari. Pagi, ia masuk sekolah umum di Hollandsch Inlandsche school (HIS). Sore di madrasah Diniyyah, belajar bahsa arab, dan malam hari ia mengaji. Guru-gurunya sangat senang melihat kesungguhan natsir, sehingga ia mampu menguasai kitab kuning, yang kemudian sangat berguna mengantar karir natsir sebagai tokoh dunia islam. (hakim, 1993 :119).
       Saat ia pindah ke Bandung, masuk AMS (A II), kegiatan “ngajinya” tetap ia lanjutkan. Di sinilah ia bertemu tokoh legendaries Ahmad Hasan, Pendiri Persatuan Islam (Persis), yang di akui sangat mempengaruhi alam pikirannya. Masih ada dua tokoh lagi yang membentuk pribadi dan pikiran Natsir, yaitu Haji Agus Salim dan Syekh Ahmad Syoekarti, pendiri Al-irsyad. Di sini pula ia mulai belajarpolitik, masuk Jong Islamiten Bond (JIB) (Hakim, 1993 : 119).
Sejak remaja  M.Natsir mencurahkan hidupnya dalam dunia dakwah, pendidikan, dan politik. Perjuangannya dalam menegakan Islam dan negara tercatat dalam sejarah baik dalam lingkup Nasional maupun internasional. Hal ini tergambar hingga akhir hidupnya yang ia curahkan bergelut dalam dunia dakwah bersama DDII (Dewan Dakwah Islam Indonesia) yang ia dirikan pada tahun 1967.
       Dalam perjuangannya menata negara pada tanggal 3 april 1950 beliau berhasil mempersatukan Negara Indonesia menjadi Negara kesatuan dengan mosi integralnya yang ia perjuangkan dalam siding parlemen RIS (Republik Indonesia Serikat), sehingga memungkinkan RI yang tela berbelah-belah menjadi 17 negara bagian (BFO) kembali menjadi Negara kesatuan yang wilayahnya membentang dari sabang sampai merauke.
       Tidak hanya di dalam negeri nama beliau harum di dunia internasional . Tahun 1956 beliau memimpin sidang muktamar alam islami yang berlangsung di damaskus, syiria, yang antara lain membahas agresi Israel di palestina, tahun 1967 beliau menggerakan Solidaritas Islam untuk pembebasan masjid Al-Aqsha dan pembebasan muslim palestina. Pada tahun itu juga beliau menjadat sebagai vice president world muslem congres yang bermarkas di Karachi, Pakistan. Dan banyak lagi perjuangan yang beliau lakukan semasa hidupnya yang memberikan arti besar kepada dunia islam baik secara nasional ataupun internasional.
Atas jasanya itu beliau mendapatkan beberapa penghargaan internasional yaitu, Menerima bintang Nichan Istikhor (grand Gordon) dari presiden Tunisia, Lamine Bey atas jasa-jasanya dalam membantu perjuangan kemerdekaan rakyat Afrika Utara pada tahun 1957, kemudian pada tahun 1980 ia menerima hadiah penghargaan internasional (jaaizatul malik faisal al-alamiyah)  dari lembaga hadiah internasional Malik Faisal di saudi Arabia, atas jasa-jasanya pengkhidmatan kepada islam untuk tahun 1400 hijriah, penghargaan serupa yang diberikan kepada syekh Abul hasan An-Nadwi dan Syeikh Abu A’la Al-Maududi. Dan pada tahun 1991 Menerima gelar doctor honoris causa dari universitas kebangsaan Malaysia, kuala lumpur dan universitas sience pinang, keduanya di Malaysia, dalam bidang pemikiran Islam.
      Mohammad natsir menghempaskan nafasnya yang terakhir pada tanggal 6 februari 1993. Kematian beliau membuat menangis seluruh dunia, bahkan  seorang perdana menteri jepang dalam penggalan suratnya menyatakan  “Dengan sedih kami menerima berita kehilangan besar dengan meninggal dunianya DR Mohammad Natsir. Ketika menerima berita duka tersebut terasa lebih dahsyat dari jatuhnya bom atom Hiroshima, Karena kita kehilangan pemimpin dunia, dan pemimpin besar dunia Islam”. Begitu banyak sanjungan yang tercurahkan kepada beliau ketika itu dari pejabat-pejabat nasional maupun internasional bahkan dengan pemerintahan pun seaka-akan tak ada cacat tentang kepribadian beliau yang tergambar dengan hadirnya presiden soeharto dengan membawa satu tangkai bunga indah sebagai bela sungkawa atas kepergian sang pemimpin dunia itu.
       Jika saja  Mohammad Natsir masih hidup mungkin beliau akan bertanya kepada generasi muda islam “siapakah yang akan merintis perjalanan tuk melanjutkan kisah perjuanganku dalam menegakan agama islam?” tentu siapa lagi jika bukan kita para pemuda Islam.
Berikut sekilas tentang kronologi kehidupan M.Natsir :
Pendidikan
1916-1923 : HIS( Hollands inlandche school) di solok/ padang, madrasah diniyah di solok (sore hari)
1923-1927 : MULO (Meer Uitgebreid lager Onderwijs) , Padang.
1927-1930 :  AMS (Algemene midlebare school) jurusan weters klasieke Afdeling (AMS.A2) di Bandung. (beliau lulus dengan nilai tinggi dan berhak melanjutkan ke fakultas hukum di Batavia, sesuai dengan keinginan orang tuanya agar mendapatkan title Meester in de rechten, atau ke fakultas ekonomi di Rotterdam, atau menjadi pegawai negeri dengan gaji yang sangat cukup. Tapi ketiganya di tolak oleh Natsir, karena ia lebih tertarik kepada masalah-masalah Islam dan Gerakan Islam
1927-1932 : Studi Islam pada  Persis (Persatuan Islam) di Bandung di bawah bimbingan Ust. A. Hassan.
1931-1932 : Kursus guru diploma LO (Lager Onderwijs)
Perjuangan, kemasyarakatan dan pemerintahan (dalam negeri)
1998-1932 : Ketua JIB (jong islamieten bond) Bandung
1932-1942 : Direktur Pendidikan Islam (Pendis) Bandung.
1940-1942 : Anggota dewan Kabupaten Bandung.
1942-1945 : Kepala Biro Pendidikan kota madya Bandung.
1949-1958 : Ketua umum Partai Masyumi
1950-1951 : Perdana Menteri pertama setelah Indonesia kembali menjadi Negara Kesatuan.
1950-1958 : Anggota Parlemen  RI, Fraksi Masyumi.
1956-1958 : Anggota konstituante.
1958-1961 : Anggota PRRI (Pemerintah revolusioner Republik Indonesia)
1962-1964 : Dijebloskan ke dalam karantina politik di batu, jatim oleh rezim orde lama.
1964-1966 : Masuk Dalam tahanan RTM ( Rumah Tahanan Militer) Jakarta, bersama beberapa tokoh pejuang istiqomah, kemudian ke JL. Keagungan.
Februari ’67 : Bersama dengan para ulama dan zuama mendirikan yayasan dewan dakwah islamiyah Indonesia (DDII) dan menjadi ketua Umumnya
1970 : Ketua Badan Penasehat YaYasan Pesantren Pertanian Darul Fallah Bogor.
1980 : Anggota Dewan curator Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.
            Anggota pendiri Universitas Islam Bandung (Unisba)
            Anggota pendiri Universitas Islam Sumatera Utara (Medan)
            Ketua /Penasehat rumah sakit Islam Ibnu Sina Bukit Tinggi, Sumatera Barat.
            Dewan Pendiri Rumah Sakit Islam Cempaka Putih Jakarta
            Dewan curator Universitas Islam Jakarta.
1984 :  Ketua badan penasehat Yayasan Pembina pondok pesantren Indonesia
1 agustus 1989 : Bersama dengan almarhum K.H Masykur memprakarsai berdirinya forum ukhuwah islamiyah (FUI) yang di dalamnya menghimpu para ulam dan zuama dari berbagai golongan, ormas, dan lain-lain.
                                                                                                                                                                                                      Wallahu A'lamu Bi Shawab

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »