Apa itu IKATAN PELAJAR PERSIS (IPP)?


Oleh: Farhan Fuadi Rahman
(Ketua Departemen Pendidikan dan Dakwah Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Persis)
Pendahuluan
Tulisan ini hendak menjawab pertanyaan-pertanyaan santri persis khususnya mengenai keberadaan organisasi baru, yang ternyata setelah berjalan hampir 3 tahun ini –dengan segala aktifitas yang telah dilaksanakan- belum mampu menginformasikan keberadaannya kepada seluruh santri persis. Hal ini tidak berarti menunjukan organisasi ini kurang produktif atau bahkan tidak memberikan kontribusi nyata untuk jami’iyyah persis secara umum dan seluruh santri persis secara khusus.
Tentunya sebagai organisasi yang masih seumur jagung, organisasi ini sedang ada dalam proses perkembangannya. Umur 3 tahun jika di umpamakan pada manusia, ia baru saja bisa berjalan, setelah berjibaku melewati proses telungkup, merangkak hingga kaki-kakinya bisa berpijak dan berdiri perlahan. Baru mencoba menggunakan kemampuan yang , melalui latihan-latihan untuk dapat berjalan setapak demi setapak dengan pengalaman sebagai guru kehidupannya.
Sebagai balita pun ia baru bisa berbicara dengan masih terbata-bata. Pelafalannya pun belum sempurna, maklum gigi susunya baru tumbuh sempurna belakangan ini. Namun dengan kemampuan itu ia tidak hanya diam. Kakinya yang masih belum sempurna digunakan untuk melebarkan sayap organisasi dengan tuntutan yang tak main-main, se-nasional! Mulut dan tangannya ia gunakan untuk berujar atas nama dakwah, serta membaca, berdiskusi dan menulis. Sungguh hidup yang penuh tantangan, bagi bayi yang kadang kebingungan siapa pengasuhnya.
Namun, terlepas dari semua itu, tulisan ini dibuat semata-mata ingin memberikan pengertian kepada seluruh pembaca hal-ihwal ikatan pelajar persis, dengan harapan pembaca kemudian mampu mengerti keberadaanya dan berpartisipasi kemudian.


Sejarah singkat ikatan pelajar persis
Beberapa Tahun sebelum kewafatannya, Al-ustadz shidiq Amien Allahu yarham, terlibat perbincangan dengan ketua dan sekertaris Hima persis yang pada saat itu dijabat oleh Lam-lam Pahala dan Deden Syarif Hidayat[1]. konten pembicaraan yang dirasa pas disampaikan pada Hima persis kala itu, membuat Al-ustadz shidiq Amien memanggil mereka berdua. Dalam obrolan tersebut, beliau yang ketika itu menjabat sebagai pimpinan pusat persatuan islam, mengampaikan rasa khawatirnya akan generasi muda (baca:pelajar persis) dalam hal perkembangannya dari berbagai aspek.
Betapa tidak, sebagai organisasi kader, persis membutuhkan tenaga-tenaga muda yang siap menggantikan tugas dakwah para sesepuhnya, sebagai bagian dari estafeta perjuangan islam. Maka pelajar dikhawatirkan, ini mengingat merekalah yang nantinya akan menjadi nahkoda-nakoda penentu arah perjuangan persis kedepan.
Dari sini beliau berpesan agar ada suatu wadah yang mampu menjamin kader-kader muda persis yang telah dipersiapkan tersebut tidak aktif diluar jam’iyyah, namun dapat justru mengokohkan dakwah persis sebagai ormas yang mengusung penegakan syariat islam dalam seluruh aspek kehidupan. Maka berawal dari pembicaraan tersebut, hima persis  kemudian melakukan tindak lanjut dengan membuat suatu embrio yang sekarang dikenal sebaga Ikatan pelajar persis.
RG-UG VS IPP
Sub judul ini mungkin tidak asing di telinga pelajar. Hal ini dikarenakan pemahaman mengenai ipp yang belum tersampiakan secara luas. Maka tidak heran jika ipp terasa dipaksakan adanya kerena telah ada wadah yang menampung santri bernama Rijalul Ghad dan Ummahatul Ghad.
Jika kita cermati lebih jauh ternyata tidak demikian. Secara ranah, RG-UG berkaitan dengan pesantren, ia ada sebagai pembantu pesantren di bidang pengorganisiran santri lewat berbagai bentuk kegiatan; namun hanya pada pesantren yang menaunginya saja. Sehingga secara kerja, RG-UG tidak dapat beraktifitas diluar ranah dari pesantren tersebut. Berbeda dengan IPP, ranahnya bukan dinaungi oleh pesantren, namun secara langsung ia dinaungi oleh jam’iyyah persis itu sendiri. Kerja-kerja organisasinya ada guna membantu persis menyiapkan kader-kader ditingkat awal dari alur kaderisasi persis. Maka geraknya jauh lebih luas, tidak hanya terpaku pada tingkat pesantren saja, namun tingkat daerah dengan memanfaatkan pelajar pada pesantren-pesantren yang ada sebagai agen-agen dakwahnya.[2]
Jika RG-UG membutuhkan forum silaturahmi guna mengembangkan kerja organisasi ketingkat yang lebih luas, ipp tidak demikian karena kerja organisasinya sekali lagi membantu jam’iyyah persis dalam perkembangan santri-santri sebagai pelanjut persis di masa depan. Maka visinya pun jelas; membentuk ulama-ulama serta menjadikan kader-kader militan persis dimasa depan[3]
Organisasi macam apa ipp?
Berbicara mengenai bentuk organisasinya ipp mempunyai keunikan tersendiri. Titik berat ipp itu ialah peningkatan mutu pelajar dibidang ilmu, moral serta kreatifitas pelajar. Dikatakan unik karena objek dakwah ipp yang pertama adalah individu-individu dari pelajar itu sendiri. Diawali dengan bagaimana ia bisa menjadi uswah bagi pelajar-pelajar yang lainya. Maka ipp menjadikan kaderisasi awalnya guna membentuk itu, lewat jalur pengkaderan  Ar-rosikhuna fil ‘ilmi (ROFI) dibentuklah kader-kader yang terlebih dahulu membina kebepribadiannya, memanage diri kearah yang positif.
Dari hasil kaderisasi tersebut diharapkan terciptanya indivdu-individu pelajar yang mampu menjadi uswah bagi pelajar lainnya, dengan modal ilmu yang mereka miliki –sebagai hasil belajar mereka dipesantren- serta bekal yang diberikan selama acara kaderisasi tersebut. Setelah itu modal serta bekal tadi dimiliki, barulah individu-individu pelajar tersbut dihimpun, dikomunitaskan dalam suatu wadah bernama ikatan pelajar persis[4].
Sistem ini diambil atas kesadaran bahwa manusia merupakan makhluk sosial, ia membutuhkan tumbuh dengan cara bergaul dengan sesamanya. Hasil pertumbuhan itu sangat bergantung pada pergaulan mana yang ia pilih.
Ibnu maskawaih, seorang filusuf muslim mengatakan[5] : “”karena kebaikan manusiawi berikut bakatnya ini ternyata banyak jumlahnya dalam jiwa dan karena seseorang tidak akan mampu mencapai semuanya, maka perlu bergaubunglah sekelompok besar orang untuk mencapai semua ini”
Maka guna menjaga konsistensi mereka sebagai uswah,  hal ini dilakukan. Namun tetap pada fokus dimana tiap pelajar dalam komunitas tersebut bahu membahu guna pendalaman serta praktik  dari apa yang telah mereka dapatkan melalui bersosial dengan pelajar lainnya. Maka pelajar-pelajar  tersebut bersatu atas nama pengembangan diri kearah positif. Awalnya merupakan tujuan pribadi, lalu meningkat statusnya menjadi tujuan kelompok.
Selanjutnya Ibnu maskawaih menjelaskan: “…dari itu, harus ada sejumlah individu dan sekaligus bersatu untuk mencapai kebahagian-kebahagiaan  dengan cara saling tolong menolong satu dengan yang lain . Dengan begitu, kebaikan dan kebahagiaan akan dimiliki mereka semua. Mereka membagikan kebaikan-kebaikan ini diantara mereka dan tiap individu akan mendapatkan -melalui kerja sama- kesempurnaan manusiawi….”.
Membentuk kebaikan secara terorganisir, itulah tujuan dari ikatan pelajar persis. Maka hal ini dibangun atas rasa yang sama sebagai insan yang di didik oleh persatuan islam serta sebagai muslim yang merindukan kebangkitan umat Islam.
Menutup pembicaraanyya Ibnu maskaiwaih melanjutkan “untuk tujuan itu, manusia harus saling mencintai, karena tiap individu akan mendapati kesempurnaanya ada pada individu lain. Maka tiap orang mesti menjadikan dirinya seperti organ dari satu tubuh yang sama; dan tubuh seseorang bergantung pada totalitas organ-organ yang membentuk tubuhnya”.
Ikhtiar ini kiranya senada dengan sabda nabi saw[6]:
 الْأَرْوَاحُ جُنُودٌ مُجَنَّدَةٌ فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اخْتَلَفَ
Roh-roh itu seperti prajurit yang berkelompok-kelompok, jika saling mengenal mereka akan menjadi akrab, dan jika saling bermusuhan maka mereka akan saling berselisih."
Pengakraban inilah yang menjadi tujuan dimana tiap ruh-ruh yang ada dalam diri pribadi pelajar menjadikan mereka mampu sejalan, searah dan setujuan dalam mencapai suatu cita-cita yang mungkin terasa masih sederhana; namun berfungsi sebagai latihan, guna menyongsong sesuatu yang lebih kompleks lagi kelak, ketika mereka berada dibarisan terdepan pejuang persis.
Kemudian setelah ini dapat terlaksana, objek selanjutnya yang dibidik ialah merangkul pelajar-pelajar lainnya untuk bergabung dalam wadah ini. Sebagai upaya dari pelebaran sayap dakwah dengan segmentasi pelajar.
Dari semua ikhtiar itu, maka hadirnya IPP  diharapkan bukan untuk menambah keganjilan, namun mampu menggenapkan yang ganjil. Mampu menjadi problem solver bukan troublemaker.
Ar-Rasikhuna fil ‘ilmi[7] sebagai semboyan
Pelajar itu identik dengan belajar dan belajar itu identik dengan ilmu. Secara sederhana inilah yang dapat kita fahami mengapa ipp menjadikan Ar-rasikhuna fil ‘ilmi (yang mendalam akan ilmu) sebagai semboyan. Kedekatan pelajar akan ilmu jadi modal utama sebagai nur (cahaya) yang mampu menjadi penerang bagi dunia yang kini redup dari nilai-nilai kecintaan akan kebenaran dan kebijaksanaan.
Praktisnya pelajar persis diharapkan membiasakan diri menjadikan ilmu sebagai pijakan dari ucap serta langkahnya. Apapun yang dilakukan dalilnya harus jelas serta, landasanya mesti kuat.
Bentuk kegiatan ikatan pelajar persis
Seperti yang telah diungkapkan, kegiatan pelajar persis adalah kegiatan yang di sistemkan guna menambah ilmu pelajar, perbaikan moral serta kreativitas. Maka kegiatan internnya berkutat pada kajian-kajian. Melalui kajian rutin mingguan, diskusi dan penulisan hasil kajian-dikusi tersebut. Dengan ini diharapkan mampu terciptanya kader yang berbudaya membaca, berdiskusi serta menulis. Sebuah budaya khas yang telah dilakukan sejak lama oleh para tokoh persis terdahulu.
Selain itu membudayakan tilawah al-qur’an-menyetor hafalan Al-qur’an menjadi salah satu fokus kegiatan yang sedang di galangkan ipp. Juga tidak lupa, melatih pelajar berorganisasi dengan skala persis serta mengenalkan pelajar dengan pengurus persis-otonom-otonom di daerah masing-masing. sebuah ikhtiar yang dirasa akan menjadi buah manis ketika “masa panen” telah tiba.
Sedangkan kegiatan eksternnya selain menjadi pelaksana kegiatan kaderisasi, ipp juga membuat acara-acara berorientasi positif yang dikemas melalui seminar dan pelatihan sebagai bentuk perluasan dakwah dikalangan pelajar persis secara khusus, hingga dikalangan pelajar non-persis secara umum. Kegiatan bakti sosial pun seringkali digalangkan guna melatih kepekaan kader akan kondisi masyarakat sekitar dengan berpartisipasi membantu kegiatan masyarakat yang terkena bencana.
Kreativitas yang dimaksud kemudian ialah bagaimana cara dakwah ipp ini dikemas sesuai dengan kultur tiap daerahnya[8] dan sesuai dengan ciri khas pelajar yang mempunyai daya imajinasi serta semangat yang tinggi.
Tentunya kegiatan yang ada tidak mutlak sampai di sini saja. Kegiatan ini diharapkan mampu terus berkembang tentunya dengan kontribusi gagasan- pemikiran dari seluruh pelajar persis.
Pelajar persis itu. . . .
Sejatinya tiap organisasi membutuhkan nutrisi yang  bernama proses dan pengalaman, guna ia mampu mapan dalam setiap gerak langkahnya. Maka akan bagaimanakah bentuk ikatan yang baru berdiri selama 3 tahun ini? Memang tidak dapat dipungkiri, kebingungan-kebingungan yang merupakan bagian dari proses kemapanan organisasi akan menjadi pelambat laju dari kebaikan yang selalu lebih baik jika disegerakan.
Akan tetapi hal tersebut tidaklah menjadi halangan, –sambil terus berbenah mennuju kemapanan organisasi- bahkan tujuan yang ipp hendak bangun sebernarnya  tidak muluk-muluk. Apa yang kami telah, sedang dan akan kami ikhtiarkan kami tujukan pada kegiatan-kegiatan real, keseharian pelajar dalam kehidupannya. Maka ghayyah (tujuan) dari IPP nantinya ialah  pelajar persis sebagai muslim yang ta’at beribadah (meningkatkan yang wajib, memakmurkan yang sunah), pembelajar yang giat, seorang anak yang berbakti, seorang murid yang santun, seorang manusia yang berbudi pekerti dan seorang calon organisatoris handal di masa depan.
Maka jika ditanya hendak dibawa kemana pelajar persis? Mengutip perkataan KH. E. Abdurrahman, bahwa ipp  hendak menjadi wadah penumbuk guna menyingkirkan kulit-kulit gabah hingga mampu menjadi beras yang berguna bagi hajat hidup orang banyak.
Partisipasi pelajar sumber kekuatan IPP
Layaknya sebuah motor, ipp bak lokomotif yang membutuhkan bahan bakar guna bergerak. Tanpa itu ia hanya sebatas bongkahan-bongkahan besi tanpa manfaat, hanya gabah yang membuat gatal-gatal kulit yang menyentunya.
Oleh karena itu partisipasi pelajar persis akan cita-cita besar tersebut amatlah penting guna mewujudkan tujuan mashlahat bagi jam’iyyah persis, melalui ikhtiar-ikhtiar sederhana yang mencerminkan partisipasi seluruh pelajar persis. Maka sekali lagi, IPP hanya sebuah wadah tumbuk, pelajar-pelajar itulah kemudian yang merelakan dirinya sebagai penumbuk dan yang ditumbuk, merelakan terlepasnya kulit-kulit gabah guna menghasilkan putih bersihnya beras.
Bagi kami tanpa adanya partisipasi pelajar dalam rencana penuh kebaikan ini, maka eksistensi pelajar itu akan mustahil terwujud. Memang ini butuh perjuangan, karena toh orang tua kita dahulu tidak berdakwah tanpa hambatan, dan sebagai anak bungsunya kita mewarisi kemampuan dakwah tersebut. karena kita tidak berdiri diatas gubuk lapuk yang tak akan bertahan lama. Kita lahir dalam rahim takdir yang telah digariskan Allah swt, melalui organisasi hebat bernama Persatuan Islam[9]. Wallahu ‘alam bishswab





[1] Sejarah ini didapatkan melalui wawancara dengan pelaku sejarah. Selain berbentur dengan narasumber-narasumber yang ada guna terrealisasinya kodifikasi sejarah, kebutuhan sejarah yang singkat dalam tulisan ini menjadikan sejarah yang dicantumkan tidak disajikan secara mendalam.
[2] Pandangan ketua umum ikatan pelajar persis mengenai problematika persepsi keberadaan ipp
[3] Lihat Qonun Asasi Ikatan Pelajar Persis
[4] ROFI (Ar-Rosikhuna fil ‘ilmi) merupakan gerbang awal kaderisasi dari ikatan pelajar persis. Diakhir acara para pelajar sebagai peserta dilantik menjadi anggota ikatan pelajar pesis dengan kewajiban yang tidak terlepas dari pengembangan ilmu, perbaikan moral serta peningkatan kreatifitas.
[5] Ibnu maskawaih dalam kitab Tahdzibul akhlak (diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, menuju kesempurnaan akhlak). Hal :45
[6] HR. Ahmad
[7] Kata ini terkandung dalam Q.S ali imron: 7 dan an-nisa : 162. Mengenai tafsir secara mendalam bisa merujuk tulisan Husna Hisaba Kholid, Kajian Semantik ar-rasikhuna fil ‘ilmi.
[8] Saat ini ipp baru terdiri atas pimpinan pusat dan pimpinan daerah (kota). Adapun daerah yang telah dibentuk ialah: bandung, kab. Bandung, kab bandung barat, garut, tasikmalaya, ciamis-banjar, sukabumi dan cianjur.
[9] Dalam kongres nasional ke-2 Ikatan Pelajar Persis 21-22 mei 2013, al-ustadz KH. Amin Mukhtar menjelaskan bahwa kelahiran IPP sebetulnya sudah ter-cover dalam qonun asasi persis tqhun 1983 yang ditasirkan dengan Q.S Al-Baqarah :148 bab otonom. Maka dalam kesempatan itu beliau menyampaikan bahwa Persis merupakan miniatur daulah. persis bukan hanya nasional tapi internasional, maka disana sudah ada kamar, walaupun telat dengan otonom yang lain, ada kamar untuk ipp yang merupakan bagian dari gerbong yang besar.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »