Mendalami Makna Ar-Rasikhuna Fil ‘Ilmi[1]
Oleh: Biri Rachman[2]
Ibnu Mundzir berkata dalam tafsirnya, Muhammad bin
‘Abdillah bin ‘Abdil Hakan menceritakan
kepada kami, dari Ibnu Wahb, dari Nafi’ bin Yazid ia berkata, “Orang-orang yang
mendalam ilmunya adalah yang tunduk patuh kepada Allah, dan yang merendah diri
mencari keridhaan-Nya, mereka tidak sombong kepada orang yang di atas mereka,
dan tidak pula menghina kepada orang-orang yang berada di bawah mereka”[3]
Ikatan
Pelajar Persis (IPP) adalah organisasi yang mewadahi pelajar yang menjunjung
tinggi intelektualitas kaum pelajar dengan corak gerakan Persatuan Islam.
Organisasi yang didirikan di Garut pada tanggal 23 September ini memiliki Visi
organisasi yaitu “Terwujudnya Generasi Ar-Rasikhuna Fil ‘Ilmi”[4] Karena itu, Ar-Rasikhuna Fil ‘Ilmi adalah nafas perjuangan
bagi Ikatan Pelajar Persis.
Ar-Rasikhuna dalam Tafsir Surat Ali-Imran ayat 7
هُوَ الَّذِي أَنزَلَ عَلَيْكَ
الْكِتَابَ مِنْهُ آيَاتٌ مُّحْكَمَاتٌ
هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ
مُتَشَابِهَاتٌ ۖ فَأَمَّا الَّذِينَ
فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا
تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الْفِتْنَةِ
وَابْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ ۗ وَمَا يَعْلَمُ
تَأْوِيلَهُ إِلَّا اللَّهُ ۗ
وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ
آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِّنْ
عِندِ رَبِّنَا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ
إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ
“Dialah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di
antara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al qur'an
dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya
condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang
mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari
ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang
yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang
mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami". Dan tidak dapat
mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.”[5]
Allah swt mengkabarkan bahwa di dalam al-Quran terdapat
ayat-ayat yang Muhkam yang merupakan pokok/inti dari al-Quran. Yaitu ayat-ayat
yang jelas pengertiannya bagi siapapun serta ayat Mutsyabbih yang merupakan
ayat yg samar bagi kebanyakan atau sebaigian orang. Barangsiapa yang
mengembalikan ayat-ayat yang samar kepada ayat yang muhkam, maka ia akan
mendapatkan petunjuk. Begitu pula sebaliknya.[6]
Para ulama berbeda pendapat tentang pengertian ayat-ayat
muhkamat dan ayat-ayat mutasyabbihat. Banyak ungkapan mengenai hal ini
diriwayatkan dari ulama salaf. ‘Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu
‘Abbas bahwa ayat muhkamat itu adalah ayat yang menasakh, ayat yang mengenai
halal dan haram, hudud, apa yang diperintahkan dan apa yang harus dikerjakan.
Sementara ayat-mutasyabbihat yaitu ayat yang dinasakh, perumpaan, sumpah, hal
yang harus diyakini dan bukan diamalkan. Ada pula yang mengatakan bahwa ayat
mutasyabihat adalah huruf-huruf terpotong di awal surat. Demikian yang
diungkapkan oleh Mutaqil bin Hayyan.[7]
Namun di antara manusia yang memiliki kesesatan dalam
hatinya, sehingga menjadikan ayat-ayat mutsyabbih untuk keluar dari kebenaran
menuju kebathilan dan untuk menebar fitnah. Serta mengubahnya sesuai dengan
keinginan mereka. Imam Ahmad meriwayatkan, Abu Kamil telah menceritakan kepada
kami, Hammad menceritakan kepada kami, dari Abu Ghalib di mana ia berkata, aku
pernah mendengar Abu Umamah menyampaikan sebuah hadis dari Nabi saw. Mengenai
firman Allah ta’ala, “Adapun bagi mereka yang dalam hatinya terdapat kesesatan,
maka mereka akan mengikuti sebagian dari ayat-ayat mutsayabbihat”. Beliau
mengatakan mereka itulah orang-orang khawarij[8]
Dan firman-Nya و
ما يعلم تأويله الا
الله para qurra’ berbeda
pendapat tentang waqaf (pemberhentian bacaan). Ibnu ‘Abbas berkata waqaf itu
adala pada lafadz Allah, dia berkata, “Tafsir itu terbagi kedalam empat; yakni tafsir yang
tidak sulit bagi seseorang untuk memahaminya, tafsir yang diketahui oleh bangsa
Arab melalui bahasanya sendiri, tafsir yang diketahui ulama, dan tafsir yang
hanya diketahui oleh Allah saja.” Perkataan ini diriwatkan dari ‘Aisyah,
‘Urwah, Abu Sya’tsa, Anu Nuhaik dan lain-lain. Dan sebagian dari para qurra’
berpendapat bahwa waqaf itu pada kata و
الراسخون في العلم pendapat ini diikuti oleh banyak ahli tafsir
dan ushul fiqh. Mereka mengatakan, “Suatu percakapan yang tidak dapat dipahami
adalah tidak mungkin.”[9]
Dan orang-orang yang mendalami ilmu (rasikhun) mengatakan,
“Kami beriman kepadanya.” Kemudian mereka mengembaikan takwil ayat-ayat
mustasyabihat kepada apa yang mereka ketahui dari ayat muhkamat yang tidak ada
seorang pun yang mentakwil kecuali takwil yang sama. Maka dengan pendapat
mereka serasilah seluruh isi al-Quran yang mana sebagian ayat membenarkan
sebagian yang lainnya. Dengan demikian hujjah menjadi tegak berdiri dan alasan
apapun tidak bisa diterima, sedang kebathilan tersingkir, dan kekufuran pun
tertolak. Dalam sebuah hadis Rasulullah saw pernah mendoakan Ibnu ‘Abbas اللهم فقهه في
الدين و علمه تأويله
“Ya Allah berikanlah pemahaman kepadanya mengenai masalah agama dan ajarkanlah
takwil kepadanya” (Diriwatkan oleh Imam
Bukhori dalam kitab Fadhailush shahabah, dan diriwatkan pula oleh Imam
Ahmad)[10]
Firman Allah swt memberitahukan bahwa orang-orang yang
mendalam ilmunya mengatakan “Kami beriman kepadanya.” Yakni kepada ayat-ayat
mutasyabihat. Semuanya berasal dari Rabb kami yakni baik yang muhkan maupun
yang mutasyabihat adalah haq dan benar. Keduanya saling membenarkan dan
menguatkan, semuanya berasal dari sisi Allah sebab tidak ada sesuatu pun yang
berasal darinya saling berbeda dan bententangan antara satu dengan yang
lainnya. Sebagaimana Firmannya, “Apakah mereka tidak memperhatikan Al-Quran?
Kalau kiranya al-Quran itu buakan dari sisi Allah tentu mereka akan mendapatkan
pertentangan yang banyak di dalamnya.” (QS. An-Nisa:82). Karena itu Allah
berfirman و ما
يذكر الا أولوا الألباب
“Dan tidak dapat mengambil pelajaran darinya melainkan orang-orang yang
berakal.” Artinya yang dapat memahami dan merenungi maknanya hanyalah
orang-orang yang berakal sehat dan mempunyai pemahaman yang benar[11]
selanjutnya orang-orang yang mendalam ilmunya akab senantiasa berdoa kepada
Allah agar selalu ditetapkan dalam ketaatan sebagaimana doa dalam ayat
setelahnya.
Ibnu Abi Hatim berkata, … telah menceritakan kepada kami Abu
Darda bahwa Rasulullah saw ditanya tentang siapa ar-Rasikhuna fil ‘ilmi itu.
Beliau menjawab, “Orang yang memenuji janjinya, jujur lisannya, istiqamah
hatinya dan menjaga perut dan kemaluannya. Itulah ar-Rasikhuna Fil ‘Ilmi.”[12]
Dengan demikian, Ar-Rasikhuna Fil’ilmi adalah mereka yang
memiliki karakteristik/sifat sebagai berikut:
- Orang
yang beriman kepada Allah dan Rasulnya serta apa yang terdapat dalam al-Quran
baik ayat muhkamat mauapun mutasyabbihat serta tidak ada keraguan di dalam
hatinya akan kebenaran al-Quran.
- Orang
yang yang memiliki keilmuan yang mendalam terutama dalam memahami al-Quran
sebagai sumber Islam ajaran.
- Orang
yang patuh kepada Allah serta melaksanakan segala bentuk aturannya.
- Orang
yang tidak sombong kepada yang lebih atas dan tidak pula menghina kepada yang
lebih rendah melainkan tetap tawadlu terhadap keilmuwan yang dimiliki.
- Orang
yang selalu memenuhi janji.
- Orang
yang jujur lisannya.
- Orang
yang selalu istiqamah dalam mencari ilmu serta mengamalkannya.
- Orang yang
menjaga perut dan kemaluannya dari segala bentuk keharaman
Ar-Rasikhuna Fil ‘Ilmi Sebagai Nafas Perjuangan Ikatan
Pelajar Persis
Ikatan Pelajar Persis sebagai organisasi pelajar dengan visi
mewujudkan kader ar-Rasikhuna fil ‘Ilmi harus menjadikannya sebagai nafas
perjuangan. Dalam konteks pelajar, ar-Rasikhuna fil ‘ilmi dapat terwujud ketika
ia mampu menempa diri dengan ilmu, menghiasi diri dengan akhlaq karimah serta
selalu beribadah kepada Allah swt.
Ikatan Pelajar Persis adalah Rahim bagi para ar-Rasikhun.
Karena di Ikatan Pelajar Persis ditanamkan ketauhidan sebagai modal terbesar
bagi seorang muslim, dibiasakan dengan aktivitas ibadah dan keilmuan serta
dilatih untuk peka dalam setiap pelbagai persoalan ummat khususnya di ranah
pelajar. Sehingga dari Ikatan Pelajar Persislah kelak akan hadir para pembaharu
yang rasikh fil ilmu sehingga tidak berlebihan kiranya jika dikatakan bahwa
Ikatan Pelajar Persis adalah Pelopor Peradaban.
Wallahu A’lamu Bishshawab -
[1]. Disampaikan saat Kajian Jumat (JIMAT) PD Kab. Bandung
21 Januari 2017
[2]. Ketua Umum Ikatan Pelajar Persis masa jihad 2015-2017
[3]. Ibnu Katsir, Tafsir al-Quran al-‘Adzim jilid I hal. 315
[4]. Lihat NA-ND IPP hasil Muktamar I Kabupaten Bandung
tahun 2015
[5]. QS. Ali-Imran: 7
[6]. Ibnu Katsir, Tafsir al-Quran al-‘Adzim jilid I hal.
312-313
[7] – [12].
Ibid