Ikatan Pelajar Persis sebagai Benih Peradaban

Oleh: Husna Hisaba Kholid (Ketua Umum IPP 2013-2015)
“Risalah Dakwah Islamiyah harus menjadi “menara laut” di tengahsamudera kemanusiaan. Tugas da’watul haq harus menjadi mercusuar pimpinan bagikehidupan dan kemanusiaan” –Isa Anshary-
“Telah berulang-ulang terjadi umat yang sedikit tapi bermutu dapatmengalahkan umat yang banyak dengan perkenan Ilahi, karena Allah itu menyertaiorang-orang yang sabar” (Q.S al-Baqarah : 249)

I.                  Islam Agama yang Sempurna 
     Kita sebagai pelajar muslim, patut berbahagia dan bersyukur beradadalam cahaya Iman dan Islam, sebab ruh inilah yang telah mendorong jiwa kitauntuk selalu beramal tuk menuai kebahagian di dunia dan akhirat. Melalui ruhini pula, kita mengetahui bahwa tidak ada jalan terbaik tuk menuju alamkebahagiaan kecuali menempuh jalan yang diridhoi oleh Islam. Tidak hanya itu,Islam dengan konsep-konsep yang terdapat dalam al-Qur’an dan as-Sunnah, telahmembuktikan sepanjang sejarah, mampu membentuk manusia yang memilikikepribadian yang sempurna dalam kehidupan sosial.
     Terkait dengan kesempurnaan Islam ini, Prof. Dr. Wahbah az-Zuhailymenjelaskan beberapa karakteristik Islam dalam kitabnya Maushu’ah al-Fiqhal-Islami wa al-Qadhaya al-Mu’ashirah. Pertama, al-‘Alaamiyyah(Universal) sebagaimana firman Allah Swt, “Dan tiadalahKami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam” (Q.SAl-Anbiya : 21). Kedua, al-Khalidiyyah (Abadi) sebagaimana firmanAllah Swt. ,” Dan Al Quran ini diwahyukan kepadaku supaya dengan dia aku memberiperingatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai Al-Quran (kepadanya).”(Q.S al-An’am : 19). Ketiga, al-Khatamiyyah (terakhir) sebagaimanafirman Allah Swt., “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seoranglaki-laki di antara kamu]., tetapi dia adalah Rasulullah danpenutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”. (Q.Sal-Ahzab : 40). Dan keempat, at-Takamul wa asy-Syumul (komprehensif)sebagaimana firman Allah Swt., “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamuagamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islamitu jadi agama bagimu”. (Q.S al-Maidah : 3).[3]
     Namun,kesempurnaan Islam ini tentu tidak akan dirasakan oleh masyarakat jika risalahdakwah tidak disampaikan oleh shahibu ad-dakwah (juru dakwah). Maka dariitulah, umat islam perlu menempuh jalan dakwah ini melalui berbagai mediaapapun yang akan membantu sampainya risalah dakwah ini kepada masyarakat luas.Diantaranya, jalan dakwah ini bisa terwujud melalui suatu wadah organisasi baikbagi kalangan akademis, aktifis maupun masyarakat secara umum.
II.               Ikatan PelajarPersis sebagai Wadah Risalah Dakwah
     Ikatan pelajarpersis semenjak tahun 2010, dengan berbagai aktifitasnya telah berusaha menjadiwadah risalah dakwah bagi para pelajar Persatuan Islam (Persis) maupun pelajar secara umum[4].Hal ini dilakukan sebagaimana sifat dari organisasi ini yang dijelaskan didalam NA-ND Ikatan Pelajar Persatuan Islam (IPP). [5]yaitu, “IPP adalah organisasi yang mewadahi pelajar yang menjunjung tinggiperjuangan intelektualitas kaum pelajar dengan corak gerakan Persatuan Islam”.[6]
     PergerakanIkatan Pelajar Persis yang dilakukan saat ini pun selalu mengacu kepada visidan misi yang tercantum di NA-ND Ikatan Pelajar Persatuan Islamyaitu, “Visi IPP terwujudnya generasi ar-Raasikhuuna fil-‘Ilmi  dan Misi IPP :
1.     Mewujudkan kader-kader A.Hasan;ulama umat
2.     Mewujudkan kader-kader M. Natsir;pemimpin umat.
3.     Membentuk militansi kader persis
4.     Responsif terhadap isu-isu globaluntuk ranah pelajar [7]
Adapun bentukusaha yang dilakukan oleh IPP ialah,
1.     IPP berusaha mengikat danmempersatukan pelajar Persis dalam mengembangkan potensi pelajar yang dimilikioleh Persis.
2.     Membimbing, Membina dan Menggerakan anggotaguna meningkatkan fungsi IPP sebagai organisasi kader bagi Persis.
3.     Mengamalkan segala usaha yang sesuaidengan tujuan organisasi.[8]
     Usaha-usahayang dilakukan ini membutuhkan kerjasama yang baik antara satu pelajar Persisdengan pelajar Persis lainnya. Dengan banyaknya tantangan remaja saat ini makapara pelajar Persis sangat membutuhkan suatu wadah yang teroganisir, demimewujudkan estafeta risalah dakwah Rasulullah saw. baik bagi pelajar Persis,maupun pelajar secara umum di negeri ini. Sebab, kebenaran yang tidakterorganisir akan terkalahkan dengan kebathilan yang yang terorganisir.

III.            Ikatan PelajarPersis sebagai Benih Pembentuk Peradaban (Hadharah)
     “Pada umumnyaorang memahami peradaban melalui bukti-bukti fisik, sehingga peradabandinisbatkan kepada bangunan masjid-masjid, candi-candi, gedung-gedung, dsb. Namun,orang lupa bahwa bangunan tidak akan wujud tanpa pikiran, kepercayaan, agama, ideologidan yang terpenting adalah ilmu pengetahuan di balik itu semua.”[9], begitulahujar pemikir Islam Hamid Fahmi Zarkasyi dalam bukunya Azas Peradaban Islam. penuturan ini tentu bukan tanpa alasan,sebab sejarah membuktikan bahwa kemajuan teknologi, sains, arsitektur ituberbanding lurus dengan kemajuan ilmu pengetahuan.
      Ia punmenyatakan, “Jika al-Qur’an diakui sebagai sumber peradaban Islam, maka dapatdikatakan pula bahwa pandangan hidup Islam merupakan asas peradaban Islam. danoleh karena al-Qur’an itu sarat dengan dimensi ilmu pengetahuan,….ilmupengetahuan adalah asas peradaban Islam. bahkan dapat dikatakan peradaban Islamadalah peradaban ilmu dan bukan peradan bangunan”[10]
     Sesuai denganvisi IPP, organisasi ini berusaha memberikan kesadaran akan pentingnya al-‘Ilm(Ilmu). Sebab, dengan ilmu inilah manusia mampu membangun Hadharah(peradaban) yang lebih baik, sebagaimana istilah hadharah itu sendiri daripenuturan Dr. Abdul Halim Uwais, mencakup pada segi ruhiyyah wa ma’nawiyyah dan‘ilmiyyah wa ‘umroniyyah.[11]Unsur-unsur ini takan tercipta pada suatu negara tanpa adanya pembelajaranilmu.
     Gerakan IPPmelalui jihad ilmu ini merupakan bentuk usaha dalam membentuk hadharah (peradaban).Sebab peradaban itu takan terbentuk, jika tidak di awali oleh kalangan para pelajarsendiri dengan perantara ilmu. Terlebih, masa remaja (12-18) sebagai masakrisis identitas[12]ini, melalui jihad ilmu,  mesti mampumenghadapi arus westernisasi yang mengegerogoti moral kalangan pelajar dinegeri ini,. Maka dari itu Ikatan Pelajar Persis hadir kepada kalangan pelajaruntuk mengajak kepada para pelajar Persatun Islam (Persis) maupun pelajarsecara umum untuk bersama-sama membangun peradaban yang baik di masa yang akandatang baik melalui ilmu syar’iyyah (Ilmu Allah)[13]yang fardhu ‘ain dan ilmu ‘aqliyyah (Ilmu Manusia) yangfardhu kifayah.[14].Wallahu a’lam bi as-Shawab.

Daftar Bacaan
            Anshari, Isa. 1995. Mujahid Dakwah. Bandung : C.V Dipenogoro
            Al-Attas, Muhammad Naquib. 2010. Islamdan Sekularisme. Penj : Dr.Khalif Muammar. Bandung : PIMPIN
            Hunt, Chester L. dan Paul B. Horton.1984. Sosiologi. Jakarta : Erlangga.
            Az-Zuhaily, Wahbah. 2012. Maushu’ahal-fiqh al-Islami wa al-Qadhaya al-Mu’ashirah. Damaskus : Dar al-Fikr
            Syarief, Nashruddin. 2013. MenangkalVirus Islam Liberal. Bandung : Persis Pers
            ‘Uwais, Abdul Halim. 2012. al-Hadharahal-Islamiyyah. Kairo : Haihah al-Mishriyyah al-’Ammah
            Zarkasyi, Hamid Fahmi. 2011. AsasPeradaban Islam. Jakarta : INSIST.
            NA-ND Ikatan Pelajar Persatuan Islam
           
           


[1] Tulisan inidisampaikan dalam kajian Jum’at (JIMAT) di Viaduct pada tanggal 21 november2014.
[2] Katua UmumIkatan Pelajar Persis masa jihad 2013-2015.
[3] Lihat lebihjauh penjelasannya dalam Maushu’ah al-Fiqh al-Islami wa al-Qadhayaal-Mu’ashirah jilid 12 hal. 403.
[4] Aktifitas yangdilakukakan Ikatan Pelajar Persis selama ini berupa kajian, seminar, temuilmiah, dan melalui tulisan islami di media sosial.
[5] Ikatan PelajarPersis selanjutnya disebut IPP
[6] Lihat, NA-ND Ikatan Pelajar Persatuan Islam hal. 4
[7] Ibid, hal. 5
[8] Ibid, hal. 6
[9] Lihat, AsasPeradaban Islam. hal 11.
[10] Lihat AsasPeradaban Islam. Hal. 17
[11] Lihat, al-Hadharahal-Islamiyyah. Hal 22.
[12] Lihat Delapantahap Kehidupan yang disebut dengan krisis identitas (identity crisis)dalam Sosiologi. Hal 111
[13] Istilah inidiambil dari pembagian Ilmu yang dilakukan oleh Syed Muhammad Naquib al-Attas.Lihat, Islam dan Sekularisme. Hal. 182
[14] Lihat, MenangkalVirus Islam Liberal hal. 269-270

Homoseksual Identitas Kaum Pembangkang


Sumber Gambar: Yahoo.com

Oleh: Rifqi Azhar Nugraha[1]
            Manusia dikatakan sebagai makhluk paling sempurna daripada makhluk Allah yang lain, itu dikarenakan manusia diberikan akal dan nafsu oleh Allah. Berbeda dengan malaikat yang hanya diberi akal, sehingga mereka tidak pernah membangkang kepada Allah. Binatang yang hanya diberika hawa nafsu saja tidak pernah diceritakan bahwa mereka pernah membangkang kepada Allah. Adapun makhluk hidup yang lain yang entah sifat apa yang Allah berikan kepada mereka, yakni tumbuhan.
            Ilmu mantiq menjelaskan bahwa manusia adalah hayawanun natiqun, hewan yang berpikir. Manusia diberikan nafsu oleh Allah dan juga akal pikiran untuk menyeimbangkan tingkah laku dan cara peribadatan yang benar sesuai yang Allah perintahkan. Namun apa jadinya jika hawa nafsu mengendalikan akal, sehingga akal terus berpikir untuk membenarkan hawa nafsu. Maka yang terjadi selain penyimpangan beribadah, juga penyimpangan terhadap akhlak dan norma. Contohnya adalah dengan timbulnya pemikiran yang membenarkan hubungan sesama jenis yang biasa kita sebut sebagai LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender).
            Jaringan Islam Liberal adalah salah satu kelompok yang membenarkan pemikiran ini, mereka menganggap homoseksual hanyalah perbedaan budaya dari barat yang masih tidak bisa diterima di Indonesia. 26 Juli 2010, Jaringan Islam Liberal (JIL) mengadakan diskusi bulanan bertempat di Gedung Teater Utan Kayu, Jl. Utan Kayu 68 H, Jakarta yang berjudul “Tafsir atas Homoseksualitas dalam Kitab Suci”. Berikut kutipan dari Dr. Ioanes Rakhmat yang menjadi salah satu pembicara dalam kajian ini sebagai orang yang berbicara dalam pandangan Kristen:
            “Teks ini tidak memberikan petunjuk jelas mengenai bentuk kedurjanaan kota Sodom. Teks ini hanya menyatakan alasan para lelaki di kota tersebut hendak menyodomi kedua orang asing yakni kedua orang asing itu dipandang mau menjadi hakim atas mereka (19:9). Di dalam konteks zaman kuno di Timur Tengah, penyodomian terjadi sebagai bentuk penghinaan dan perendahan martabat dari pihak yang menang atau lebih berkuasa kepada pihak yang kalah atau lebih lemah. Biasanya hal itu terjadi kepada raja yang kalah perang, atau kepada orang asing yang datang di suatu tempat dan disodomi oleh penduduk asli sebagai tanda dominasi penduduk asli. Dengan demikian, teks Kejadian 19 ini tidak bisa dipakai sebagai dasar untuk menolak homoseksualitas, melainkan teks yang membela kaum yang tertindas dan diperlakukan semena-mena oleh pihak yang merasa diri lebih superior.”[2]
            Kutipan di atas saya ambil dari website resmi JIL www.islamlib.com dalam tulisan Hans Abdiel yang menulis artikel Reportase Diskusi JIL bulan Juli dalam website tersebut. Nyatanya orang yang mengimani Alkitab bernama Dr. Ioanes Rakhmat ini tidak setuju atas tafsiran kaumnya sendiri yang menjastifikasi kaum Sodom bahwa mereka diberi azab oleh Allah karena perbuatannya yang suka berhubungan sesama jenis. Ia secara tegas malah mentafsirkan bahwa azab itu turun bukan karena kebiasaannya yang senang berhubungan sesama jenis, namun melainkan karena pada saat itu masyarakatnya merasa paling berkuasa, pintar, dan sukses daripada kaum yang lain, sehingga Allah memberi mereka azab karena sifat buruk itu.
            Dalam diskusi JIL itu pun ada satu lagi pembicara yang mewakili kalangan muslim, namun ia melakukan interpretasi ulang terhadap tafsiran Al-Qur’an yang telah jelas, orang tersebut adalah Mohamad Guntur Romli. Berikut adalah tafsirannya yang saya ambil dari artikel yang sama:
            “Selain itu, hal lain yang dapat dilakukan adalah adanya cara pandang yang lain terhadap Quran, yaitu dengan membedakan ayat-ayat hukum dan ayat-ayat kisah yang tentunya tidak dapat langsung dikaitkan dengan kaidah-kaidah hukum. Misalnya saja, kisah Luth yang memiliki kesamaan dengan kisah Sodom dan Gomora dalam Kejadian 19 dari Alkitab Kristen, yang biasanya menjadi dalil menentang homoseksualitas. Di dalam kisah tersebut sebenarnya disebutkan bahwa penyebab kota Sodom yang dihuni Luth dihukum Allah bukan karena praktik homoseksual yang terjadi di sana tetapi karena penduduk kota itu melakukan berbagai kejahatan seperti melakukan keonaran, menyamun, dan sebagainya. Dengan demikian, kisah Luth tersebut dilihat dari satu sisi saja dan digunakan untuk pembenaran untuk menolak homoseksualitas.”[3]
            Bagaimana bisa kisah-kisah yang Allah ceritakan dalam Al-Qur’an tidak bisa dikaitkan dengan hukum? Bukankah Al-Qur’an diturunkan sebagai petunjuk bagi seluruh umat manusia? Maka petunjuk ini harus kita turuti bagaimanapun jalannya. Analoginya seperti kita pergi keluar kota, namun kita tidak mengetahui jalan mana yang harus kita tuju, GPS sebagai teknologi membantu kita untuk pergi ke tempat yang kita tuju. Seperti itu lah Al-Qur’an, tempat yang kita tuju yakni ridlo Allah agar dapat tinggal di surga-Nya, maka Al-Qur’an-lah sebagai petunjuk kita pergi ke sana. Justru jadi tidak masuk akal jika kisah yang telah Allah sampaikan dalam kitab-Nya tidak ada kaitannya dengan hukum, Al-Qur’an itu dari Allah Yang Mahakuasa, bukan dari penulis majalah dongeng.
            Allah memberi petunjuk tentang toleransi beragama dalam QS. Al-Kafirun ayat 6: “Bagimu agama mu, dan bagiku agama ku”. Surat beserta ayat itu turun saat Rasulullah bimbang, tentang apa yang harus beliau lakukan saat ditawari oleh orang kafir, tentang saling menyembah Tuhan yang dipercayai. Apakah itu dongeng? Tentu tidak, Allah bermaksud memberi tahu kepada Rasulullah bahwa tidak seharusnya menyembah Tuhan yang lain selain Allah, walaupun sebagai gantinya mereka menyembah Allah juga. Begitu pula dengan kisah kaum Sodom/Sadum, Allah beri mereka azab karena sifat mereka yang seperti binatang, bahkan sebelum azab itu Allah beri peringatan kepada mereka melalui utusan-Nya Nabi Luth As, hanya saja mereka tidak mendengarnya dan tetap melakukan praktik keji itu.
            Selain itu, Mohamad Guntur Romli sepertinya tidak memperhatikan seruan dari Nabi Luth As. mengenai homoseksual dan lesbian, bahwa perbuatan itu bertolak belakang dengan fitrah dan hati nurani manusia, serta menyalahi hikmah yang terkandung dalam penciptaan manusia. Seruan itu ada dalam QS. Asy-Syuaraa ayat 165-166:
أَتَأْتُونَ الذُّكْرَانَ مِنَ الْعَالَمِينَ ١٦٥ وَتَذَرُونَ مَا خَلَقَ لَكُمْ رَبُّكُمْ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ عَادُونَ ١٦٦
            “Mengapa kamu mendatangi jenis lelaki di antara manusia, dan kamu tinggalkan istri-istri yang dijadikan oleh Tuhanmu untukmu, bahkan kamu adalah orang-orang yang melampaui batas”[4]
            Bukankah sudah jelas Nabi Luth As. melarang mereka mendatangi jenis lelaki, dan menyuruhnya untuk kembali kepada istri-istri mereka. Mengapa Mohamad Guntur Romli dari kalangan muslim malah menyelewengkan hal itu, bahkan tidak menyinggung ayat ini sama sekali, maka akal yang ia kedepankan justru jadi tidak masuk akal. Tidak hanya dalam ayat tersebut, secara jelas QS. Al-A’raaf ayat 80-82:
وَلُوطًا إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ أَتَأْتُونَ الْفَاحِشَةَ مَا سَبَقَكُمْ بِهَا مِنْ أَحَدٍ مِنَ الْعَالَمِينَ ١٨۰ إِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ الرِّجَالَ شَهْوَةً مِنْ دُونِ النِّسَاءِ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ مُسْرِفُونَ ١٨١ وَمَا كَانَ جَوَابَ قَوْمِهِ إِلا أَنْ قَالُوا أَخْرِجُوهُمْ مِنْ قَرْيَتِكُمْ إِنَّهُمْ أُنَاسٌ يَتَطَهَّرُونَ ١٨٢
        “Dan (Kami juga telah mengutus) Lut (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada kaumnya: ‘Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun (di dunia ini) sebelummu?’ Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas. Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan: ‘Usirlah mereka (Lut dan pengikut-pengikutnya) dari kotamu ini; sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura menyucikan diri.’”[5]
            Faahisyah dalam QS. Al-A’raaf ayat 80 itu berarti suka berhubungan sesama jenis, maka gugur interpretasi dari Mohamad Guntur Romli karena dalam ayat ini sudah jelas bencinya Allah kepada kaum Sodom bukan hanya karena mereka suka menyamun, namun juga karena perbuatan homoseksual mereka. Menurut H. Muhammad Yusuf bin Abdurrahman dalam bukunya “Para Pembangkang!” Ia bekata sebagai berikut:
            “Dalam QS. Al-A’raaf [7]: 80 disebutkan bahwa masyarakat Sadum suka melakukan perbuatan faahisyah, yakni melakukan hubungan seks dengan sesama jenis. Perbuatan ini sangat tidak dibenarkan dalam syari’at Allah SWT.”[6]
            Interpretasi dari Mohamad Guntur Romli sama sekali tidak bisa dijadikan rujukan, karena tidak ada referensi dan fakta ilmiah yang jelas dalam pemikirannya. Agama yang rasional itu justru dihadiri dengan fakta-fakta ilmiah dari Al-Qur’an, bukan mengedepankan akal tanpa fakta ilmiah yang justru menjadi boomerang bagi dirinya sendiri, mereka mengedepankan akal namun ucapan dan pemikirannya tidak masuk akal, itulah liberalisme. Islam yang masuk akal senantiasa menjadikan Allah sebagai sumber kebenaran, berbeda dengan Islam Liberal yang mengedepankan akal sehingga menjadikan akal sebagai Tuhan-Nya sendiri, justru hal ini menjadi tidak masuk akal sama sekali.
            Sebagai alumni dari pesantren, saya belajar metodologi tafsir Qur’an dan Hadits. Bahwa sanya menafsirkan Qur’an itu tidak bisa dijelaskan dari segi bahasanya saja, ada sejarah yang berkaitan, ada nasikh mansukh. Begitu pula dengan hadits, ditinjau keadaan Rasul, sifat dan kapasitas rowi & sanad. Namun saya tidak membaca atau melihat JIL yang menafsirkan Al-Qur’an menggunakan metodologi itu, mereka terlihat melakukan tafsiran dengan hanya melihat bahasanya saja, atau bahkan terjemahannya. Hal ini menjadi sangat masuk akal untuk tidak menjadikan JIL dan tokoh-tokohnya sebagai bahan rujukan atau perbandingan study, karena apa yang mereka sampaikan tidak disertai dengan fakta-fakta ilmiah, mereka hanya menumpuk nafsu diatas akal. Dr. Adian Husaini pun sependapat tentang hal ini, ia menulis dalam bukunya:
            “Logika-logika yang dipakai Musdah Mulia (Dosen UIN Jakarta) semacam ini sama sekali tidak dapat dikatakan sebagai “Ijtihad” karena dilakukan dengan semena-mena dan merusak tatanan hukum Islam. Dia tidak menggunakan metode yang dapat diuji oleh para ilmuwan di bidang hukum Islam. Di dalam Hermetika Kristen saja, ada tata aturan yang harus dipenuhi oleh seorang penafsir. Tidak bebas begitu saja menafsirkan Bibel menurut kehendak masing-masing. Sebuah buku berjudul Hermeneutik: Prinsip dan metode Penafsiran Alkitab karya Pdt. Hasan Sutanto, M.Th., (Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara, 1998), menyebutkan banyak syarat dalam pemberlakuan metode analisa konteks. Jika metodologi pengambilan hukum Islam dihancurkan, maka akan muncullah penafsiran yang serampangan dan asal bunyi.”[7]
            Homoseksual, atau praktik seksual sesama jenis lainnya, dan biseksual dengan tegas telah Allah jelaskan bahwa hal itu dibenci dan diharamkan oleh-Nya. Berbeda dengan perceraian yang walaupun dibenci tetap dibolehkan, maka seharusnya sudah tidak ada lagi pertentangan tentang hal ini karena Allah sudah melarangnya dan hukum Allah itu mutlak. Ulama-ulama sunni pun bersepakat bahwa hubungan sesama jenis tidak halal, selain larangan dari Allah, hal tersebut bertentangan dengan fitrah manusia, dan ciri kaum yang tidak beradab, belum lagi hubungan ini tidak akan mendapatkan keturunan sedarah, jelas tidak ada manfaatnya sama sekali. Sesungguhnya Allah beri kita akal dan kitab-Nya untuk menutupi hawa nafsu manusia, dan agar tidak melakukan praktik kaum yang membangkang kepada-Nya pada jaman dahulu.
            Semoga apa yang telah kita ikhtiarkan mendapat ridlo Allah SWT. dan kita dilindungi dari godaan syetan yang terkutuk, serta tidak termasuk dalam kaum yang membangkan kepada Allah, hanya menjadi kaum Rasulullah Saw.-lah kita dapat masuk ke surga-Nya.


[1] Aktifis Himpunan Mahasiswa Persatuan Islam Komisariat Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung sebagai ketua Bidang Komunikasi & Informasi, di UIN beliau study S1 program studi Teknik Informatika, Fakultas Sains & Teknologi. Aktif pula di organisasi Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Persis sebagai Komunikasi & Informasi.
[2] Abdiel, Hans. “Mengusung Tafsir yang Ramah terhadap Homoseksualitas”. www.islamlib.com. Minggu, 23 November 2014. Pukul 05:30 WIB
[3] Ibid.
[4] Al-Qur’an Surat Asy-Syuaraa [26]: 165-166
[5] QS. Al-A’raaf [7]: 80-82
[6] Yusuf, Muhammad. “Para Pembangkang! Kisah-kisah kaum terhadulu yang dibinasakan Allah”. Diva Press. Jogjakarta. 2013. Halaman 124
[7] Husaini, Adian. “Virus Liberalisme di Perguruan Tinggi Islam”. Gema Insani. Jakarta. 2009. Halaman 227

Ikatan Pelajar Persis tingkatkan intelektualitas dengan JIMAT


Suasana Pengajian Jum'at

            Jum’at (21/11), Masjid Pimpinan Pusat Persatuan Islam di Jl. Perintis Kemerdekaan (Viaduct) dihadiri para pelajar Persis dari berbagai kota. Mereka terlihat antusias mendengarkan materi dari Husna Hisaba Kholid, ketua umum dari Ikatan Pelajar Persis. Beliau menjelaskan cita-cia dari Ikatan Pelajar Persis, yakni meningkatkan intelektualitas pelajar Persis baik dibidang agama, maupun ilmu umum, salah satunya dengan rutinnya berdiskusi setiap hari Jum’at setelah shalat Jum’at hingga menjelas Ashar.
            Tasykil Ikatan Pelajar Persis tingkat daerah pun ikut hadir dalam pengajian ini, walaupun viaduct jauh dari rumah, nyatanya demi meningkatkan intelektualitas mereka bersedia hadir mengikuti pengajian pada hari jum’at ini. Tidak hanya tasykil pimpinan daerah, ada pun tokoh tokoh pimpinan daerah yang sudah tidak menjabat lagi di daerahnya ikut hadir dalam JIMAT ini.
            Setelah pengajian jum’at ini usai, dilanjut dengan technical meeting persiapan pengkaderan masuk keanggotan di Ikatan Pelajar Persis, yaitu dengan ROFI (Ar-Rosikhuuna fil ‘ilmi) 2. Tercatat 30 orang tasykil, dari pimpinan daerah yang akan mengikuti pengkaderan ini, itupun data di Ikatan Pelajar Persis saja, belum lagi para calon kader yang tercatat sebagai Ikatan Pelajar Persis Putri.
            Semoga gerak langkah Ikatan Pelajar Persis dapat meningkatkan intelektualitas pelajar Persis, baik dibidang agama maupun umum seperti apa yang sudah diniatkan dan menjadi alasan atas berdirinya Ikatan Pelajar Persis. Dan Ikatan Pelajar Persis dapat segera menjadi otonom Persis pada tahun 2015 nanti, agar gerak langkah belajar dan dakwahnya lebih mudah. [Kominfo]