Qurban dan Haji

Qurban dan Haji

QURBAN dan HAJI
Oleh: Hafizh Hafizhin
 (Sekretaris Dep. Pendidikan Da’wah IPP)

A.    Muqaddimah
Tidak terasa pada saat ini kita sudah memasuki bulan Dzulhijjah 1434 H. yangmana bulan dzulhijjah merupakan bulan bersejarah dan berarti bagi kaum Muslimien.
Karena Allah SWT telah mensyariatkan Qurban dan Ibadah Haji. Baik itu Qurban atau Ibadah Haji keduanya berkaitan dengan napak tilas atau rekontruksi perjuangan nabi Ibrahim dan Keluarganya. Qurban yang kita lakukan sekarang ini dengan menyembelih; unta, sapi atau kambing itu merupakan napak tilas dari kisah perjuangan Nabi Ibrahim ‘Alaihis As-Salam. Ketika Allah SWT menyampaikan wahyu melalui mimpi Nabi Ibrahim untuk memerintahkannya menyembelih anak kesayangannya yaitu; Ismail AS.
Ya Allah!, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang Termasuk orang-orang yang saleh. Maka Kami beri Dia khabar gembira dengan seorang anak yang Amat sabra (Ismail). Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu?" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar". (QS. As-Safaat : 100-102)
Dengan memerankan ulang proses ketika Ibrahim menyembelih anak laki-laki kesayangannya, kita diharapkan menghayati dan memikirkan pergolakan batin yang dialami bapak dan anaknya itu.
Sebuah dialog yang sangat dilematis yang sangat manusiawi tetapi berakhir dengan Happy Ending, yang menghasilkan solusi yang baik, seandainya hal tersebut diperintahkan kepada kita, bagaimana sikap kita?
Namun kita tidak diperintah sebagaimana halnya nabi Ibrahim. Tapi kita hanya diperintah untuk berqurban dengan se-ekor Kambing atau dengan Sapi. Namun ada orang yang mampu secara materi tetapi ia tidak mau untuk berqurban.
Rasulullah SAW menyindir: “Barangsiapa yang mempunyai kesanggupan dan kemampuan (untuk berkurban), tetapi ia enggan untuk melaksanakannya, maka janganlah ia mendekati tempat sholat kami”.
Hadits ini merupakan sebuah keritikan keras yang seolah-olah Nabi berkata: “Kenapa kamu beribadah kepada Allah begitu tekun, tapi kenapa kamu kamu tidak mau berkurban padahal kamu memiliki harga yang lebih?!.
Sikap dasar yang dimunculkan Nabi Ibrahim dan putranya ketika mendapatkan perintah dari Allah adalah Taat dan Tawakal. Coba kita bayangkan, ketika Nabi Ibrahim berusia 100 Tahun beliau belum juga dikarunia seorang putra. Dan beliau selalu berdo’a kepada Allah…Rabbi Hablii Mina Sholihiin….Kemudian Allah mengahugerahkan putra dari istrinya Siti Hajar yaitu Ismail. Namun menginjak dewasa Allah memerintahkan untuk menyembelihnya.
Kemudian selain ibadah Qurban yang merupakan napak tilas dari perjuangan nabi Ibrahim dan Keluarganya, yaitu ibadah Haji. Dalam ibadah Haji ada yang disebut Sa’i. Yaitu lari-lari kecil dari  bukit shofa ke marwah. Hal tersebut merupakan napak tilas dari perjuangan Siti Hajar untuk mencari air memberi minum putranya; Ismail yang ditinggalkan berdua oleh Ibrahim di padang pasir. Namun akibat dari perjuangannya yang begitu keras dan gigih yaitu ia berlari, bolak-balik dari bukit shofa ke marwah untuk mencari sesuatu, untuk memberi minum kepada anaknya akhirnya siti hajar menemukan sebuah sumur atau mata air yang disebut dengan Zam-zam. Yang sampai saat ini diminum oleh jutaan orang. Dan disitulah Allah menetapkan sebagai tempat ibadah Haji.
Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh, (QS. Al-Hajj : 27)

B.     Mengulas Ulang Sejarah Ibadah Qurban
Ø  Amr Ibadah Qurban untuk seluruh Ummat
Ø  Pelaksanaan Ibadah Qurban oleh para nabi terdahulu

1.    Qurban pada masa nabi Adam AS (QS. Al-Maidah : 27)
2.    Qurban pada masa nabi Ibramin AS (As-Safaat: 100-111)
3.    Hakikat Tujuan Ibadah Qurban (Al-Hajj: 37)

Wallahu ‘alam bishowwab.

disampaiakan pada kajian rutin Pimpinan Pusat IPP, 30  Dzuqo’dah 1434 H