Keterkaitan Teknologi dan Islam

Oleh : Milzamulhaq (Ketua Departement Kominfo Reg_Tasikmlaya)

Zaman kian hari semakin berkembang begitupun dengan perkembangan teknologi. Zaman dahulu kabar dari suatu daerah atau negri tak dapat kita tahu tentangnya ataupun kita dapat tahu tentangnya, akan tetapi memerlukan waktu yang lama. Berbeda dengan zaman sekarang begitu mudahnya kita mengetahui berbagai informasi, hitungan detik saja kita sudah menemukan beribu – ribu informasi. Itulah bukti kemajuan teknologi di zaman ini.
Salah satu karakteristik Islam yang membedakan dengan ajaran lainnya adalah syumul. Islam adalah agama samawi yang menjamah seluruh aspek-aspek kehidupan. Sifatnya yang menyeluruh membuat tidak ada sudut sekecil apapun yang tidak dapat disentuh oleh nilai-nilai Islam. Begitu pula dengan teknologi, dalam hal ini Islam juga berperan besar dalam kemajuannya, pengembangannya, sampai pada pengawasannya. Salah besar jika kita meganggap teknologi bukan bagian dari Islam ataupun Islam tidak membahas mengenai teknologi.
Islam tidak hanya mengajarkan ilmu-ilmu keagamaan seperti tafsir, hadist, fiqih, dan yang lainnya. Islam juga mencakup segala ilmu yang ada, mulai dari bakteri terkecil hingga pergerakan semesta alam melalui ilmu astronominya. Bahkan telah banyak ahli-ahli keilmuan Islam ataupun teori-teori ilmuan Islam yang menjadi dasar atau panduan bagi ilmuan-ilmuan Eropa. Namun tidak saat ini, Islam telah kehilangan ruh keislamannya, umat saat ini telah lupa akan hal ini, mereka terlalu sibuk memikirkan diri sendiri, memikirkan ibadah vertikal saja. Teknologi saat ini sudah tidak mencerminkan nilai-nilai keislaman yang dulu dilahirkan para ilmuan kita. Bahkan sudah banyak kita lihat teknologi yang disalahgunakan manfaatnya dimana-mana.
Inilah permasalahan dalam dunia teknologi kita. Dimana dengan adanya teknologi justru menimbulkan ketidakseimbangan lingkungan di sekitar kita. Hal ini terjadi saat teknologi telah keluar dari fungsi dan manfaat sebenarnya. Hal ini terjadi saat moral-moral para pembuat ataupun pengguna telah mengalami kemerosotan. Mereka terlalu tamak sehingga memakai teknologi sebagai alat pemuas mereka tanpa memikirkan dampaknya.
Sudah saatnyalah kita mengembalikan teknologi pada jalur yang sebenarnya. Jalur dimana Islam secara menyeluruh ataupun nilai-nlainya tertanam kuat dalam dunia teknologi kita. Sebuah Islamisasi ilmu dan pengetahuan kiranya dapat menjadi obat untuk permasalahan diatas. Bukanlah tidak mungkin untuk menerapkan sebuah konsep Islam dalam dunia teknologi bukan hanya sebagi pengerem kerusakan yang lebih banyak ditimbulkannya, tetapi juga demi terwujudnya kebangkitan umat islam.
Kunci utamanya terletak pada manusia-manusianya, pada kader-kader kita, pemuda-pemuda yang nantinya akan banyak berperan di bidangnya masing-masing. Diharapkan, kita tidak hanya mempelajari ilmu keduniannya saja, ilmu keilmiahan, teknologi, ataupun sejenisnya. Perlu pula sebuah pendalaman terhadap aqidah kita, perbaikan terhadap akhlak, serta ilmu keislaman lainnya secara menyeluruh. Ataupun sebaliknya, jangan sampai kita terlena, tersibukkan pada penghambaan diri kita kepada Yang Maha Esa
sampai-sampai kita melupakan ilmu-ilmu yang akan bermanfaat bagi kemaslahatan umat di dunia.
Bukankah sebenarnya Islam dan Teknologi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Pertama kali Islam diturunkan, telah tersirat jelas bahwa Islam juga menganjurkan umatnya untuk belajar, mempelajari apa yang ada di alam ini, dan memanfaatkannya demi kepentingan umat.
Andai kata sains bukan bangunan intelektual yang unik, seperti yang diperankan dewasa ini, andaikan sejarah sains bukan sejarah gerakan yang berulang-ulang menuju kebenaran alam semesta, tapi lebih sebagai sejarah bangunan beraneka ragam realitas sosial yang disampaikan melalui sains, ilmuwan, dan masyarakat, maka muncul kemungkinan sains Islam yang terdiri dari satu, atau mungkin lebih, rangkaian aspek-aspek alam semesta yang multidimensia yang kesemuanya itu diilhami oleh esensi masyarakat Islam (Gyln Ford, dalam Sardar, The Touch of Mirdas)
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang biasa kita kenal dengan IPTEK merupakan anak dari sebuah budaya sebagai produk manusia. Dalam sejarah perkembangan manusia itu sendiri, budaya telah mengalami perkembangan dan perubahan sesuai dengan tingkatan dari umat manusia itu sendiri. Pun begitu dengan Iptek.
Tidak ada yang harus dipersalahkan jika budaya masa lalu mengalami ketertinggalan dibandingkan dengan budaya masa kini. Itulah fakta yang harus dicari makna tersembunyi di balik perkembangan tersebut.
Di setiap perkembangan budaya selalu terdapat motivasi dasar yang dijadikan sumber inspirasi dalam mengembangkan budaya tersebut. Inilah sistem nilai yang mana akan sangat menentukan dalam memandang, mengembangkan, dan memanfaatkan sebuah budaya.
Dewasa ini, kita melihat dampak penerapan iptek yang bersifat aksidental, antara lain ledakan pabrik kimia, ledakan perusahaan nuklir, kerusakan lingkungan, bioteknologi yang memasuki rekayasa genetika pada manusia dan binatang yang terkait dengan halal haram, dan tentu hal lainnya yang terkait dengan nilai moralitas.
Harus diakui, Iptek juga memberikan kontribusi positif terhadap kehidupan umat manusia. Tapi yang menarik, mengapa di balik nilai positif tersebut terkadang memberikan kemudharatan yang sangat besar. Adakah kesalahan fundamental dalam pengembangannya? Dari sinilah mulai berkembang tentang pentingnya aspek moralitas, sehingga dirasa perlu untuk mencari paradigma baru dalam pengembangan Iptek.
Empat abad silam, kajian Iptek lebih banyak diarahkan ke kajian yang bersifat mencari kebenaran (absolut) dari temuan-temuan Iptek. Namun dewasa ini kajian Iptek lebih diarahkan untuk menentukan batas-batas aplikapabilitas (kemungkinan dapat diterapkannya) produk Iptek. Inilah yang membuatnya jadi lebih fragmatis.
Iptek sendiri memiliki peranan besar dalam menentukan keberhasilan perjalanan peradaban suatu bangsa, dan saintek itu sendiri merupakan anak dari suatu budaya.
Muhammad SAW pun pernah mengungkapkan bahwa barang siapa yang ingin meraih kehidupan ukhrowi maka dia harus menguasai ilmu, dan kalau ingin berhasil dalam kehidupan duniawi dan ukhrowi, diapun harus menguasai ilmu.
Suatu saat Prof Mohammad Abdus Salam, penerima Nobel bidang Ilmu Fisika Atom mengatakan, tidak diragukan lagi bahwa dari seluruh peradaban di planet ini, sains menempati yang paling lemah di dunia Islam. Tidak berlebihan jika dikatakan kelemahan ini berbahaya karena kelangsungan hidup suatu masyarakat abad ini secara langsung tergantung pada penguasaannya pada Iptek. Tanpa bermaksud mempertuhankan Iptek, pengungkapan Prof Abdus Salam dalam penganatar bukunya tersebut menarik untuk direnungkan dan dicermati.
Addinul Islam termasuk di dalamnya syariat Islam semuanya bersumber pada Alquran dan Assunnah. Alquran punya peran sebagai hudanlinnas (hidayah/petunjuk bagi manusia) yang menyangkut seluruh kehidupan manusia dan alam semesta (QS Al-An’am : 38) “dan tidak ada seekor binatangpun yang ada di bumi dan burung – burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan semuanya merupakan umat – umat ( juga ) seperti kamu. Tidak ada sesuatupun yang kami luputkan didalam Kitab”. Muara dari Addinul Islam itu ada pada sistem ajaran ketauhidan. Inti dari ketauhidan tersebut adalah, Tiada Tuhan Selain Allah dan keberadaan manusia di muka bumi sebagai khalifah yang sekaligus sebagai hamba yang harus senantiasa beribadah kepada Allah.
Dalam konteks inilah seluruh aktivitas manusia harus memberikan manfaat bagi seluruh alam dan harus dipertanggung jawabkan kepada Allah. Maka dalam Addinul Islam, pengembangan ilmu pengetahuan merupakan implementasi dari ibadah, tugas dari khalifah yang dijiwai dengan nilai-nilai ketauhidan. Tujuan pengembangan ilmu pengtahuan pun harus mampu meningkatkan keadilan dan kemaslahatan dan dalam waktu bersamaan mampu menekan atau meredam kezaliman dan kecerobohan.
Seringkali ukuran yang dipakai dalam mengukur keberhasilan penguasaan dan penerapan Iptek semata didasarkan pada peningkatan nilai tambah ekonomis. Sehingga bila penguasaan dan penerapan Iptek tersebut tidak memberikan makna nilai tambah ekonomis akan dianggap gagal.
Secara filosofis, keberadaan teknologi dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan umat manusia yang sifatnya selalu berubah dan berkembang. Sehingga jawaban yang mungkin terhadap pertanyaan itu adalah terletak pada “kebijakan” dalam penguasaan dan penerapan teknologi.
Apa yang terjadi di Indonesia semisal, akhir-akhir ini menunjukkan penguasaan Iptek pada produk-produk dasar yang menyangkut hajat rakyat banyak belum dikuasai secara menyeluruh, sehingga untuk membuat produk akhir yang siap memasuki pasar masih tergantung dari negara lain. Kalaupun tidak demikian, justru bahan dasar produknya yang masih tergantung dan lebih ironis lagi, bahan baku dari bahan dasar tersebut kita miliki sumbernya.
Jadi, sebenarnya tidak perlu diragukan tentang peranan Iptek dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat, hanya saja yang perlu diperhatikan, pemilihan jenis teknologi
yang mampu mengelola potensi dengan lebih baik. Dengan demikian, peranan Iptek bisa memberikan nilai tambah secara maksimal. Penerjemah konsep rahmatan lil ‘alamin yang tertuang dalam (QS Al-Anbiya’ : 107) “dan kami tidak mengutus engkau ( Muhammad ) melainkan untuk ( menjadi ) rahmat bagi seluruh alam” baru tercipta bila umat Islam memiliki nilai lebih (baik dalam konteks nilai tambah insani dan nilai tambah ekonomi), dan berkemampuan berpikir holistik.
Penguasaan Iptek yang bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah yang berarti meningkatkan efisiensi pada dasarnya dapat diterjemahkan sebagai implementasi dari sikap syukur, menghindari dari perbuatan mubadzir (QS Al-Isra’ : 27) “sesungguhnya orang – orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya”, dan laghwi mu’ridhun (QS Al-Mu’minun : 3)”dan orang yang menjauhkan diri dari ( perbuatan dan perkataan ) yang tidak berguna”. Karena tidakkah dengan dengan kemampuan Iptek yang milikinya dapat mentransformasikan potensi yang dimiliki menjadi kekuatan daya saing? Dan tidakkah ini merupakan konsep syukur? Tidakkah dengan kemampuan Iptek tersebut dapat terhindar dari inefisiensi dalam pengelolaan potensi? Tidakkah sama artinya menghindarkan kemubadziran? Tidakkah dengan kentalnya Iptek dihasilkan kesadaran berprestasi yang perfeksi, sebagai terjemahan dari Ahasanu ‘Amala (QS Al-Mulk : 2)”yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Mahapengampun”.
Dari pertanyaan itu semua, telah menunjukkan pentingnya perpaduan antara kekuasaan Iptek yang dilandasi kekuatan Iman dan Taqwa (Imtaq).
Wallahu ‘Alam….

Beasiswa Timur Tengah

Beasiswa Timur Tengah
SELEKSI BEASISWA DAN NON BEASISWA PROGRAM S1
UNIV. AFRIKA INTERNASIONAL SUDAN DAN UNIV. AL-AZHAR MESIR
TAHUN AKADEMIK 2012-2013
A. Latar Belakang
  • Sebagai tindak lanjut dari Memorandum of Understanding (MoU) antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah Sudan, Universitas Afrika Internasional Khartoum akan memberikan beasiswa kepada putera-puteri Indonesia untuk bidang studi pada Fak. Syari’ah, Fak. Tarbiyah dan Adab, Fak. Ekonomi, Dipl. Tarbiyah, Fakultas Teknik dan Fak. Kedokteran.
  • Untuk mengantisipasi meningkatnya minat calon mahasiswa Indonesia ke Mesir yang tidak dibarengi dengan kualitas memadai, Kementerian Agama akan melakukan penyeleksian dengan menguji kemampuan akademik, hafalan/bacaan Al-Qur’an dan bahasa Arab, baik untuk program beasiswa maupun non beasiswa sesuai dengan ketentuan yang diberlakukan oleh Universitas Al-Azhar Mesir.
B. Tujuan
  • Menyaring para lulusan Madrasah Aliyah/sederajat yang potensial dan mempunyai bakat dan minat yang kuat dalam pengembangan keilmuan dan penguasaan bahasa Arab untuk mengikuti studi lanjut di negara-negara Arab atau Timur Tengah.
  • Mempersiapkan generasi terbaik dalam bidang ilmu ke-Islaman dan bahasa Arab dalam rangka melahirkan calon ilmuwan yang mumpuni dan memilih kapasitas keilmuan memadai.
C. Persyaratan dan Ketentuan Mengikuti Seleksi
  1. Warga Negara RI yang beragama Islam.
  2. Mengisi formulir pendaftaran online melalui website : www.ditpertais.net
  3. Pas photo berwarna ukuran 3×4 sebanyak 2 lembar
  4. Melampirkan foto copy ijazah madrasah aliyah/pondok pesantren/sederajat yang telah dilegalisir Kementerian Agama setempat dengan ketentuan sebagai berikut:
  5. Usia ijazah tidak lebih dari 2 (dua) tahun.
  6. Bagi yang belum memiliki ijazah (STTB), harus melampirkan surat keterangan lulus dari sekolah.
  7. Bagi pendaftar beasiswa ke Sudan harus menyerahkan ijazah dan akte kelahiran yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.
  8. Semua persyaratan diserahkan dalam 2 rangkap.
  9. Pendaftar diperbolehkan mendaftar ke Sudan maupun Mesir.
  10. Semua persyaratan di atas diserahkan sehari sebelum seleksi ke lokasi ujian yang dipilih.
D. Waktu Pendaftaran dan Tempat Pelaksanaan Ujian
1. Sudan
Pendaftaran online melalui website : www.ditpertais.net, tanggal 17 April 2012 s.d. 4 Mei2012
Waktu Pelaksanaan seleksi Sabtu, 12 Mei 2012 diatur sebagai berikut:
  • Tulis: 09.00 – 11.00 WIB | 10.00 – 12.00 WITA
  • Lisan: 12.00 WIB – selesai | 13.00 WITA – selesai
Lokasi Ujian
  • Kementerian Agama RI Jakarta (Jl. Lapangan Banteng Barat No.3-4 Jakarta)
  • UIN Sulthan Syarif Kasim Riau Pekanbaru (Jl. H.R.Soebrantas No.155 KM 18 Simpang Baru Panam,Pekanbaru)
  • IAIN Sunan Ampel Surabaya (Jl. Jend. A. Yani No.117 Tromol Surabaya)
  • UIN Ala’uddin Makassar (Jl. Sultan Alauddin No. 36, Samata Gowa Sulsel)
2. Mesir
Pendaftaran online melalui website : www.ditpertais.net, tanggal 30 April 2012 s.d. 23 Mei 2012
Waktu Pelaksanaan seleksi Kamis, 31 Mei 2012 diatur sebagai berikut :
  • Tulis: 09.00 – 11.00 WIB | 10.00 – 12.00 WITA
  • Lisan: 12.00 WIB – selesai | 13.00 WITA – selesai
Lokasi Ujian
  • Kementerian Agama RI Jakarta (Jl. Lapangan Banteng Barat No.3-4 Jakarta)
  • IAIN Sumatera Utara Medan (Jl. Willieem Iskandar Pasar V Medan Estate Medan)
  • Kantor Wilayah Kementerian Agama Jambi (Jl. Jend. A. Yani No. 13 Telanaipura Jambi)
  • IAIN Sunan Ampel Surabaya (Jl. Jend. A. Yani No.117 Tromol Surabaya)
  • UIN Ala’uddin Makassar (Jl. Sultan Alauddin No. 36, Samata Gowa Sulsel)
  • IAIN Antasari Banjarmasin (Jl. A. Yani Km.4,5 Banjarmasin)
E. Materi Ujian
  • Ujian Tulis (menggunakan bahasa Arab) meliputi : bahasa Arab (memahami teks, tata bahasa dan insya’) dan Pengetahuan Agama Islam.
  • Ujian Lisan (menggunakan bahasa Arab) meliputi : bahasa Arab (percakapan, terjemah dan pemahaman teks) dan hafalan/bacaan Al-Qur’an minimal 2 juz;
  • Bagi pendaftar yang memilih bidang studi umum ke Sudan akan mengikuti materi ujian berbahasa Inggris.
F. Hasil Seleksi
  1. Hasil seleksi beasiswa dan non beasiswa ke Mesir akan diumumkan oleh Kementerian Agama tanggal 7 Juni 2012 melalui website : www.ditpertais.net, sedangkan hasil seleksi untuk beasiswa ke Sudan diumumkan satu atau dua bulan setelah diadakannya seleksi karena kelulusannya ditentukan langsung oleh pihak Univ. Afrika Internasional Khartoum Sudan.
  2. Peserta seleksi beasiswa dan non beasiswa ke Mesir yang dinyatakan lulus akan mengikuti seleksi tahap kedua di Jakarta. Pengujinya langsung dari Universitas Al-Azhar Mesir. Adapun waktu dan tempat ujian akan diumumkan lebih lanjut.
G. Tim Pelaksana Seleksi
  1. Tim pelaksana Pusat dibentuk dan ditunjuk oleh Dirjen Pendidikan Islam.
  2. Tim pelaksana Daerah dibentuk dan ditunjuk oleh Rektor UIN/IAIN/Ketua STAIN bersangkutan.
  3. Tim Penguji beasiswa ke Sudan ditunjuk langsung oleh Kedutaan Besar Sudan Jakarta.
  4. Tim Penguji baik tulis maupun lisan non beasiswa ke Mesir ditunjuk oleh Dirjen Pendidikan Islam dan keputusan tim penguji tidak dapat diganggu gugat.
  5. Tim Penguji tahap kedua ke Mesir ditunjuk langsung oleh Rektor Universitas Al-Azhar Mesir.
Aplikasi Online :
Sumber Info :

Beasiswa Jepang

Beasiswa Jepang
  Pada saat ini sekitar 2000 siswa Indonesia tengah melanjutkan pendidikannya di Jepang. Dari jumlah tersebut, sebagian besar adalah mereka yang menerima beasiswa, baik dari pemerintah Jepang, instansi maupun perusahaan lainnya. Beasiswa Pemerintah Jepang yang cukup dikenal oleh masyarakat Indonesia adalah beasiswa dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olah Raga, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Jepang (Monbukagakusho/ MEXT). Beasiswa ini meliputi biaya studi dan biaya hidup, tanpa ikatan apapun.
    Kedutaan Besar Jepang di Indonesia dan Konsulatnya di Surabaya, Medan dan Makassar setiap tahun melaksanakan pendaftaran dan penyeleksian bagi para peminat beasiswa Monbukagakusho. Adapun program-program yang ditawarkan kepada siswa Indonesia adalah Program Research Student bagi lulusan perguruan tinggi, Undergraduate, College of Technology dan Professional Training College bagi lulusan SLTA dan Japanese Studies bagi mahasiswa program studi Jepang serta Teacher Training bagi guru.



Situs yang memuat soal-soal ujian tertulis Beasiswa Monbukagakusho, klik di sini


link beasiswa  ke jepang :
 

Study in Japan
Japan Student Services Organizations
Japan Study Support

400 beasiswa jerman untuk indonesia

400 beasiswa jerman untuk indonesia
AFP Presiden Jerman, Christian Wulff
JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Republik Federal Jerman Christian Wulff mengumumkan penambahan 400 beasiswa baru bagi warga Indonesia untuk menempuh studi di negaranya. Presiden Wulff mengatakan, Jerman terus berupaya meningkatkan jumlah beasiswa yang dapat ditawarkan kepada warga Indonesia.

"Kami ingin mempertemukan Parlemen Jerman supaya makin banyak utang (Indonesia) yang bisa dikonversi menjadi beasiswa," ujar Presiden Wulff dalam pernyataan pers bersama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (1/12/2011).

Kami ingin mempertemukan Parlemen Jerman supaya makin banyak utang Indonesia yang bisa dikonversi menjadi beasiswa.

-- Presiden Republik Federal Jerman Christian Wulff

Pernyataan pers ini disampaikan setelah kedua pemimpin negara melakukan pertemuan bilateral selama 60 menit. Terkait hal ini, Presiden Yudhoyono mengucapkan terima kasih atas peluang yang diberikan Jerman.

Kebijakan konversi utang Indonesia ke bidang pendidikan dan juga pengembangan teknologi ramah lingkungan, perbaikan ekosistem, kehutanan, pelayanan kesehatan telah berlangsung sejak tahun 2007. "Saya menyampaikan terima kasih kepada Presiden Jerman," kata Presiden Yudhoyono.

Pada pertemuan tersebut, Presiden Yudhoyono mengusulkan kerja sama pendidikan antara Pemerintah Indonesia-Jerman ditingkatkan. Hal ini kemudian disambut positif oleh Presiden Wulff. Menurut Presiden Yudhoyono, Indonesia membutuhkan ribuan lulusan teknik untuk membangun konektivitas dan infrastruktur negara selama 10 hingga 30 tahun mendatang.

Presiden Yudhoyono juga menekankan pentingnya kerja sama di bidang riset, teknologi, dan inovasi di bidang teknologi, utamanya yang bersih dan ramah lingkungan.

Beasiswa Unggulan Supersemar (BUS)

Beasiswa Unggulan Supersemar (BUS)
Menindaklanjuti surat dari Supersemar Nomor set.500/YS/KT/03/2011 tanggal 31 Maret 2011 perihalBeasiswa Unggulan Supersemar, kami sampaikan bahwa Yayasan Supersnindaklanjuti surat dari Supeemar memberikan Beasiswa Unggulan Supersemar (BUS) untuk mahasiswa Program S1 Reguler. Beasiswa ini berlaku 1 Juni 2011 sampai dengan 30 Mei 2012 sebesar Rp 10.000.000,-(sepuluh juta rupiah)/tahun/mahasiswa. Adapun persyaratan pengajuan beasiswa ini adalah sebagai berikut:

  • Beasiswa ini diperuntukkan bagi mahasiswa yang duduk di semester 4 (angkatan 2009), memiliki IPK minimal 3,50 selama 3 semester berturut-turut semester 1, 2 dan 3;
  • Berasal dari keluarga kurang mampu secara ekonomi;
  • Aktif dalam kegiatan kemahasiswaan atau memiliki prestasi dalam bidang tertentu ditingkat daerah/nasional, seperti sains, olahraga, seni/budaya, dll;
  • Tidak memperoleh beasiswa dari lembaga/instansi yang lain.
Berkas yang harus dilengkapi adalah sebagai berikut;

1. Formulir Beasiswa Direktorat Kemahasiswaan dan Formulir Beasiswa Unggulan Supersemar yang sudah diisi
2. Fotokopi IPK 3,50 selama 3 semester berturut-turut semester 1, 2 dan 3
3. Surat Keterangan Penghasilan Orang tua dari instansi/lembaga/tempat bekerja orang tua atau surat Keterangan Tidak Mampu dari Lurah/Kepala Desa tempat domisili keluarga/orang tua mahasiswa yang bersangkutan
4. Fotokopi kartu mahasiswa, KTP mahasiswa dan kartu keluarga dari orang tua
5. Bukan perokok aktif dengan mengisi surat pernyataan
6. Mengisi daftar Riwayat Hidup terlampir
7. Mengisi daftar kegiatan kemahasiswaan dan prestasi bidang tertentu yang pernah diperoleh
sebagaimana formulir terlampir yang telah dilengkapi fotokopi Surat Keterangan, Sertifikat
atau piagam Penghargaan
8. Fotocopi rekening mahasiwa yang bersangkutan pada BNI atau BRI

Informasi lebih lanjut harap hubungi bagian Kemahasiswaan Fakultas masing - masing. Berkas kelengkapan harus dikirimkan melalui Manajer/Koordinator Bidang Kemahasiswaan Fakultas ke Direktorat Kemahasiswaan di Gedung Pusat Pelayanan Mahasiswa Terpadu (PPMT) UI paling lambat tanggal 13 Mei 2011.

Download Formulir disini:

Beasiswa Endeavour Awards

Beasiswa Endeavour Awards

Greg Moriarty, Duta Besar Australia untuk Indonesia, mengundang para akademisi, peneliti dan tenaga profesional Indonesia untuk mendaftar ke Program Endeavour Awards 2012. Endeavour Awards adalah sebuah program beasiswa Pemerintah Australia yang kompetitif secara internasional dan berdasarkan prestasi, yang menyediakan kesempatan untuk melakukan studi, penelitian dan pengembangan profesional di Australia. Endeavour Awards terdiri dari Endeavour Postgraduate Awards, Endeavour Australia Cheung Kong Research Fellowships, Endeavour Research Fellowships, Endeavour Executive Awards dan Endeavour Vocational Education and Training (VET) Awards. Beasiswa juga tersedia bagi warga negara Australia untuk melakukan hal serupa di negara lain.

“Endeavour Awards mendukung pertukaran ilmu pengetahuan, pengembangan penelitian dan hubungan profesional antara Australia dan Indonesia, juga peningkatan karir profesional di bidang yang mereka pilih,” kata Duta Besar Moriarty.

“Sejak tahun 2007, penerima Endeavour Awards dari Indonesia yang ke Australia memiliki kesempatan untuk tidak hanya mengembangkan penelitian dan keterampilan profesional mereka, tetapi juga mendapatkan pengalaman budaya Australia dan persahabatan jangka panjang yang melampaui batas-batas negara kita,” tambah Duta Besar Moriarty.

“Kami berharap bahwa akan ada lebih banyak lagi orang Indonesia yang mendapatkan beasiswa di tahun 2012 ini,” kata Duta Besar Moriarty.
Aplikasi untuk Endeavour Awards 2012 ditutup pada 30 Juni 2011. Informasi lebih lanjut dapat diperoleh melalui situs web: www.endeavour.deewr.gov.au

Endeavour Awards merupakan bagian dari program beasiswa Pemerintah Australia yang di dalamnya termasuk Australian Leadership Awards dan Australian Development Scholarships. Informasi lebih lanjut mengenai ketiga program Beasiswa Pemerintah Australia ini tersedia di www.australiaawards.gov.au.

Setelah Kaki Gunung Yang Terjal Terdapat Puncak Gunung Yang Mengagumkan



Oleh : Wihdatul Islami
(Staff IPPi Region Tasikmalaya)

          Ketika seorang awam mendaki gunung, tak salah dia pasti menemukan banyak hal yang menghalangi pendakiannya. Walaupun sebelum pemberangkatan dia telah mempersiapkan segala sesuatunya demi keselamatan diri, tapi tak aneh jika banyak hal baru yang harus dia temukan di tengah perjalanan untuk menunjang keselamatannya tersebut. Semua gambaran pemberangkatan telah terbayang. Merasa semua perkiraan hal-hal buruk yang akan terjadi telah dipersiapkan antisipasinya. Tapi takdir Sang Maha Kuasa siapa yang tahu?!
          Di tengah perjalanan, saat tanah tempat menapak tak lagi bersahabat dengan si kaki seperti sebelumnya, secara tiba-tiba hujan deras disertai angin kencang datang mengajak bermain dengan dirinya. Suara gelegar petir yang tidak kecil pun ikut meneriakan ajakan untuk berhenti dan istirahat. Akhirnya, dengan penuh rasa terpaksa diapun memutuskan untuk berhenti dan istirahat dulu, memenuhi ajakan sang petir. Dia kemudian mencari tempat yang dirasa aman dan nyaman untuknya berteduh. Namun nasib baik nampaknya sedang tidak berpihak kepadanya. Dengan pakaian yang basah kuyup dan kondisi badan yang mulai tidak fit dia harus terus melanjutkan perjalanannya. Apa mau dikata, untuk kembali pulang pun dia harus menempuh perjalanan 2 kali lipat dibandingkan dengan jarak untuk mencapai puncak.
          Tak ada yang bisa dia lakukan jika dia berhenti walaupun hanya untuk sejenak, kecuali pasrah pada hujan dengan angin kencang dan teriakan petir yang kian mengganggu kenyamanan pendengarannya. Dengan tekadnya yang kuat untuk menginjak suatu puncak, keyakinan yang kokoh akan Allah yang selalu menjaganya, dan semangat yang tinggi untuk mewujudkan harapannya, dia terus berjalan walaupun langkah kaki sedikit tertahan oleh hembusan angin yang mengharapkannya tuk diam. Tak lama kemudian, dengan tekad kuat, keyakinan, dan semangat dia akhirnya mampu mencapai tujuannya, yaitu puncak gunung dengan berjuta keindahan pada ciptaan-Nya.
          Subhaanallaah... Berkali-kali dia mengucapkan syukur kepada Sang Penjaganya. Beribu tetes air mata kebanggaan mengalir membasahi pipinya. Tak disangka, akhirnya dia dapat merasakan nikmatnya berada di puncak gunung dengan segala keindahannya. Pemandangan alam yang tak biasa dia lihat, kini dapat dinikmatinya dengan sesuka hati.  Suasana sejuk yang menentramkan hati kini dapat dirasakannya. Merasa diri lebih tinggi dari awan pun dapat dialaminya saat itu. Subhaanallaah.. Maha Suci Allah dengan segala keindahan-Nya... J
          Begitulah sekilas fiksi gambaran sebuah kehidupan. Pun dengan kehidupan yang sedang kita jalani sekarang. Saat semua hal telah direncanakan sesempurna mungkin, Allah akan tetap memberikan ujian kepada kita di tengah-tengah perjalanan.
و لنبلونّكم بشيئ مّن الخوف و الجوع و نقص مّن الأموال و الأنفس و الثّمرات و بشّر الصّابرين (البقرة : 155)
“ Dan sungguh Kami pasti memberikan ujian kepada kalian dari sesuatu berupa ketakutan, kelaparan, kekurangan harta dan jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang bersabar.”
          Ikhwah wal Akhwat, ujian yang Dia berikan kepada kita tak lain hanyalah untuk lebih mendewasakan diri kita sendiri, bukan untuk menyakiti hamba-Nya. Pasti akan ada hikmah yang sungguh sangat luar biasa dari semua ujian yang Dia berikan. Ingatlah bahwa tak ada satu hal pun yang Allah ciptakan dengan sia-sia, termasuk ujian-Nya.
          Maka dari itu ikhwah wal akhwat semuanya, dalam keadaan apapun diri kita, tetap kita harus terus melangkah, melawan semua rintangan yang mencoba memberhentikan kita dari derap langkah yang telah tertekad. Bulatkan tekad untuk menjadi seseorang yang bisa terus menerus menjadi diri yang lebih baik.!! Yakinlah bahwa Allah akan terus bersama kita dimanapun dan kapanpun.!! Bertawakkalah untuk hasil dari semua usaha kita..!!
فإذا عزمت فتوكّل على الله  (الأية)
Diri kita adalah apa yang kita harapkan dan kita cita-citakan..

BERLINDUNG

Oleh: Hafidz Hadzin
(ketua Ikatan Pelajar Persatuan Islam Tasikmalaya)


Manusia memiliki dua musuh, musuh dhohir dan musuh Batin. Musuh dhohir adalah manusia yang mempunyai sifat-sifat syetan, akan tetapi manusia seperti ini tidak selamanya menjadi musuh sampai sifat-sifat itu lenyap meskipun manusia tidak selamanya benar. Allah SWT memerintahkan untuk berbuat kebaikan kepada yang mempunyai sifat-sifat syetan, menjaga, memperhatikan supaya mereka kembali kepada tabiat semula karena asal tabiat manusia adalah berlaku baik jangan sampai manusia yang mempunyai sifat syetan tersebut berkembang bertambah luas.
“ Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”. {Q.S. al A’raf: 199}
Sedangkan musuh batin adalah syetan, Allah swt memerintahkan untuk memohon perlindungan kepada-Nya, dia akan menjadi musuh manusia selamanya, Tidak akan menerima kebaikan dikarenakan sangat besarnya permusuhan antara dia dan Adam as, oleh karenanya dia tidak menghendaki kecuali kecelakan kepada manusia sebagaimana dia telah menggelincirkan bapak manusia, adam as dari surga.
“ Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, Maka anggaplah ia musuh(mu), karena Sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala “. {Q.S. Fathir: 6}.
“Patutkah kamu mengambil Dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang zalim. {Q.S. al Kahfi: 50}
Berlindung kepada Allah maksudnya memohon perlindungan dan pemeliharaan dari kejahatan syetan yang melampaui batas lagi terkutuk, yang dapat mencelakakan dalam urusan agama dan dunia, atau menghalangi dari pekerjaan yang diperintahkan [oleh Allah Swt}, dan memohon pemeliharaan kepada yang Maha Pencipta, Maha Mendengar, Maha Mengetahui dari godaan, celaan dan bisikannya. Karena tidak ada yang dapat menghalanginya kecuali Allah tuhan semesta alam.{Lihat Tafsir Shafwatu Tafasir: 1/9}
Kemadharatan dunia kadang banyak orang yang menyadarinya dan cepat tanggap, beda dengan kemadharatan agama tidak terasa, tidak menerima untuk di luruskan, menganggap perbuatannya itu benar bahkan utama seperti bid’ah dalam agama, menetapkan Hukum tanpa dasar dalil atau menganggap kecil kemadratan dalam agama. Ada seseorang yang berwudhu, nabi melihat sedikit dibelakang tumit tidak terbasuh, beliau bersabda : neraka wail bagi tumit itu. Apakah yang seperti itu mau dianggap kecil ?

Dan adakalanya orang tersebut apabila diingatkan kemadharatan agama bukan hanya sekedar tidak menerima akan tetapi marah.dan mencaci; Ketika nabi diperintah mengajak manusia dengan terang-terangan, beliau bersabda: lepaskanlah dirikamu dari siksa neraka; sesungguhnya aku seorang pengancam azab yang pedih kepada kamu. Abu lahab berkata kepada beliau celakalah Engkau hai muhamad , apakah hanya untuk ini saja engkau kumpulkan kami?.

Dan adakalanya juga berkata:” Tergantung saya”. Seperti satu Qaum yang berada dalam perahu, ketika masing-masing sudahmenempati tempat duduknya, ada seseorang diantara mereka yang melobangi tempat duduknya, kemudian yang lain bertanya kepada dia, apa yang kamu perbuat ? dia menjawab tergantung saya, ini tempat duduk saya mau saya apakan juga.{al Bukhari}

Syetan senantiasa menghalang-halangi manusia untuk mengerjakan perintah Allah Swt, yaitu perintah untuk melaksanakan sesuatu atau perintah untuk meninggalkan sesuatu., dia akan selalu menggoda melakukan tipu daya, yang salah kelihatan benar dan yang benar kelihatan salah, halal seperti haram, haram seperti halal memerintahkan kepada kejelekan dengan perkataan yang baik melarang kebaikan dengan perkataan yang jelek, dunia menjadi tujuan akherat menjadi keraguan, menghembuskan kesombongan, senang bermegah-megah dari hasil kedholiman, merasa berada dalam petunjuk padahal ada dalam kesesatan, menjanjikan kemiskinan kepada yang dermawan, menjanjikan kekayaan kepada yang bakhil.
“syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengatahui “{Q.S. Al Baqarah:268}.
“ Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus “{Q.S. Al ‘Araf: 16}

Dan hanya Allah-lah yang dapat menghalangi godaannya, manusia tidak dapat melihat syetan, syetan tidak dapat melihat Allah, Allah melihat Syetan oleh karena itu mohonlah perlindungan hanya kepada Allah yang menciptakan semua makhluknya. Memohon perlindungan kepada Allah dari syetan manusia dengan berbuat baik kepadanya, sedangkan memohon perlindungan dari Syetan dengan Istia’dzah. “ Katakanlah: "Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia, raja manusia, sembahan manusia,dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia,dari (golongan) jin dan manusia ”.
Allahu ‘alam…

"PROPAGANDA BARAT TERHADAP ISLAM"


Dalam kaitan dengan sejarah hubungan "Islam-Barat", banyak peristiwa sejarah yang masih menjadi memori kelabu dalam memori kolektif Barat. Jika peristiwa itu diungkit ataudibangkitkan, mereka dengan mudah akan mengingatkan dan membangkitkan kebencian, bahkan kemarahan terhadap Islam. Perasaan anti-Islam dengan mudah tersebar luas di kalangan masyarakat Barat. Misalnya, Crusade atau Perang Salib.
Para politisi yang ingin meraih dukungan masyarakat Kristen sangat mungkin melakukan aksi penggalangan emosi masyarakat Barat dengan mengeksploitasi adanya ancaman Islam. Misalnya, peristiwa 11 September, jika dibandingkan dengan serangan Jepang ke Pearl Harbour dalam Perang Dunia II. Serangan Jepang tidak serta merta membentuk memori kolektif "anti-Jepang" atau "anti-Shinto".
Peradaban Barat memang tidak dapat dipisahkan dengan unsur Yahudi-Kristen (Judeo-Christian), karena keduanya merupakan unsur-unsur penting yang membentuk peradaban Barat saat ini. Huston Smith menyebut, peradaban Yahudi (Jewish Civilization)--yang secara nominal jumlahnya sangat kecil--sangat berpengaruh terhadap peradaban Barat sekarang. Kata Smith, "Diperkirakan sepertiga dari peradaban Barat kita mengandung tanda-tanda leluhur Yahudi." (Samuel P. Huntington, Clash of Civilization and the Remaking of World Order, [New York: Touchtone Books, 1996], hlm. 47-48; Huston Smith, The World's Religions, [New York: Harper Collins Publisher,1991], hlm. 271).
Wiliam H. McNeill, dalam bukunya, The Rise of the West, mencatat bahwa unsur-unsur warisan Yunani, Romawi, dan Judeo-Cristian (Yahudi-Kristen) telah membentuk kerangka dasar peradaban Eropa (Barat), baik pada zaman pertengahan maupun pada zaman modern. (William H. McNeill, The Rise of the West, [London: The University of Chicago Press, 1963], hlm. 538-5390. Mereka mengaku sebagai bangsa atau masyarakat Krsiten. Mahkamah Agung AS pada 1811 mendeklarasikan, "We are a Christian people." Di tengah perang saudara, Abraham Lincoln juga menyatakan bahwa Amerika adalah masyarakat Kristen. Tahun 1892 Mahkamah Agung AS kembali menegaskan, "This is a Christian Nation." (Huntington, Who are We? The Challenges toAmerica's National Identity, [New York: Simon & Schuster, 2004], hlm. 98).
Secara faktual masyarakat Kristen Barat sudah menjadi sekular-liberal, dan sudah tidak menghargai lagi ajaran-ajaran Kristen. Sikap masyarakat Barat terhadap agama cenderung apatis, masabodo, tidak peduli. Sedikit sekali mereka yang masih memegang ajaran agamanya. Sebaliknya, makin banyak yang memilih keluar atau bahkan menjadi ateis. Mereka kemudian merasakan ada sesuatu yang hilang. Mereka yang putus asa merasa hidup tidak bermakna apa-apakemudian memilih jalan pintas bunuh diri. Mereka yang bertahan berusaha mengisi kekosongan jiwanya dengan cara masuk ke agamalain, seperti Islam,ikut aliran-aliran sempalan, seperti theosofi,anthroposofi, Baha'i, ataupun praktik-praktik meditasi spiritual seperti Brahma Kumaris, Ananda Marga, Sahaya Yoga, dan lain-lain.
Fenomena semacam ini juga terjadi di Jerman. Menurut data ReligionswissenchaflicherMedien und Informationsdienst e.v. (REMID), dua per tiga penduduk Jerman adalah penganut Kristen, dengan komposisi Katolik kurang lebih 26,6 juta dan Protestan 26,3 juta orang. Tetapi, dari jumlah ini, hanya 12% yang mempercayaidoktrintrinitas, dan hanya sekitar 10% yang aktif dan rutin kegereja. Setiaptahun gereja kehilangan rata-rata 300.000 anggotanya. Juga, semakin banyak yang menolak membayar sumbangan wajib untuk gereja melalui potongan gaji per bulan 8% hingga 10%.
Agama Kristen bisa dikatakan sebagai salah satu "korban" westernisasi dan hegemoni peradaban Barat. Di Amsterdam, Belanda, 200 tahun yang lalu 99% penduduknya beragama Kristen. Kini tinggal 10% saja yang dibaptis dan ke gereja. Kebanyakan mereka sudah tidak terkait lagi dalam agama atau sudah menjadi sekuler. Di Perancis, yang 95% penduduknya tercatat beragama Katolik,hanya 13%-nya saja yang menghadiri kebaktian di gereja seminggu sekali. Di Finlandia, yang 97% Kristen, hanya 3% yang pergi ke gereja tiap minggu. Di Norwegia, yang 90% Kristen, hanya setengahnya yang percaya pada dasar-dasar kepercayaan Kristen, dan hanya 3% yang rutin ke gereja tiap minggu. Pada 1987 di Jerman, menurut laopran Institute for Public Opinian Research, 46% penduduknya mengatakan bahwa agama sudah tidak diperlukan lagi.
Masyarakat Krsiten Eropa juga tergila-gila pada paranormal alias dukun, mengalahkan kepercayaan mereka pada pendeta atau imam Katolik. Di Jerman Barat--sebelum bersatu dengan Jerman Timut--terdapat 30.000 pendeta, tetapi jumlah peramal (dukun) mencapai 90.000 orang. Di Prancis terdapat 26.000 imam Katolik, tetapi jumlah peramal bintang (astrolog) yang terdaftar mencapai 40.000 orang.
Fenomena Kristen Eropa menunjukkan bahwa agama Kristen kelabakan menghadapi serbuan arus budaya Barat yang didominasi nilai-nilai liberalisme, sekularisme, dan hedonisme. Di sejumlah gereja, arus liberalisasi mulaimelanda.Misalnya, gereja mulai menerima praktik-praktik homoseksualitas. Seorang pejabat gereja Inggris, Eric James, dalam bukunya berjudul Homosexuality and a Pastoral Church mengimbau agar gereja memberikan toleransi pada kehidupan homoseksual dan mewajibkan perkawinan homoseksual antara pria dengan pria atau wanita dengan wanita.
Meskipun secara faktual masyarakat Kristen Barat sudah menjadi sekular-liberal, dan sudah tidak menghargai lagi ajaran-ajaran Kristen, tetapi mereka tetaplah orang-orang Kristen, yang memiliki semangat kolektif Kristen, terutama ketika berhadapan dengan Islam. Bisa dikatakan, dalam lintasan sejarahnya, Barat sejatinya tidak berubah dalam memandang Islam. Mereka memandang Islam sebagai rival utama. Di antara berbagai peradaban lain, hanya Islam-lah peradaban yang pernah menaklukkan Barat selama beratus-ratus tahun. Islam pernah menguasai Spanyol selama hampir 800 tahun (711-1492). Kekutan Islam, yang ketika itu diwakili oleh Turki Utsmani, selama beratus-ratus tahun menjadi "momok" yang sangat menakutkan bagi Barat.
Pukulan yang sangat berat yang diterima Barat dari kaum Muslimin adalah kekalahan mereka dalam Perang Salib (Crusade). Meskipun mereka telah menghinpun segala kekuatan yang dimilikinya dan berhasil menduduki Jerusalem selama sekitar 88 tahun (1099-1187), pasukan Salib akhirnya hengkang dari dunia Islam, setelah mengalami kekalahan menghadapi kekuatan pasukan kaum Muslimin di bawah pimpinan Shalahudin al-Ayyubi. Memori kolektif inilah yang masih terus terpelihara di Barat. Karen Armstrong menggambarkan fenomena Perang Salib dan pengaruhnya terhadap masyarakat Barat dalam bukunya Holy War: The Crusades and Their Impact on Today's World , (London: McMillan London Limited, 1991).
Aspek-aspek traumatis historis kalangan masyarakat Kristen Barat terhadap Islam itulah yang kemudian dieksploitasi dengan baik dan cerdik oleh ilmuwan neo-konservatif, seperti Huntington dan Bernard Lewis, untuk melegitimasi kepentingan politik negara-negara Barat, khususnya AS. Pada abad ke-21 ini pun pengaruh Crusade masih bisa disimak. Saat Presiden George W. Bush menggelorakan Perang Salib melawan terorisme, pasca-peristiwa 11 September 2001, sejatinya Bush tidak sedang terpeleset lidah. Sebagai seorang Kristen yang 'terlahir kembali' dan menjadikan Jesus sebagai filosof idamannya, Bush sedang mengungkap alam bawah sadarnya, bahwa semangat Crusade kini diperlukan untuk menggalang kekuatan Barat. Barat dengan serangkaian idiologinya tidak lagi legitimate untuk eksis. Menurut Huntington, semangat Crusade dibutuhkan untuk self-definition dan membangun motivasi, manusia perlu rival dan musuh. (Samuel P. Huntington, The Clash of Civilizations and the Remaking of World Order, hlm. 130).
Dalam tradisi Kristen sejak dulu hingga sekarang, istilah "Crusade" merujuk pada peristiwa penyerbuan besar-besaran kaum Kristen untuk merebut Jerusalem dari tangan kaum Muslimin. Jadi, tidak heran ketika Jenderal Geraud datang ke Suriah, setelah Prancismerebut Syria dari tangan Turki Utsmani, ia memasuki masjid Umayyad di Damaskus, dan menendang makam Shalahudin al-Ayyubi, sambil berteriak, "Saladin, bangun! kami kembali!" (Tentang cerita Jenderal Geraud di makam Saladin lihat Serge Latouche, The Westernization of the World, [Cambridge: Polity, 1996], hlm. 5).
Sepanjang sejarah hubungan Islam-Barat, khususnya dalam hal pendekatan terhadap Islam, Barat menggunakan dua wajah. Satu wajah yang baik, yang bersahabat, yaitu terhadap kelompok Muslim yang bersikap 'manis' dan mau mengikuti pikiran dan kehendak Barat. Yang lain adalah pendekatan konfrontatif, yaitu terhadap kaum Muslim yang melawan imperialisme Barat. Pada zaman kolonialisme klasik, mereka yang melawan penjajah disebut sebagai"pemberontak", "ekstremis", dan sejenisnya.
Untuk menaklukkan dan mempertahankan kekuasaannya, pemerintah kolonial Belanda ketika itu--atas nasihat Snouck Hurgronje--membagi masalah Islam ke dalam tiga kategori: (1) bidang agama murni dan ibadah, (2) bidang sosial kemasyarakatan, (3) bidang politik. Tiap-tiap bidang mendapat perlakuan yang berbeda. Dalam bidang agama murni atau ibadah, pemerintah kolonial pada dasarnya memberikan kemerdekaan kepada umat Islam untuk melaksanakan ajaran agamanya, sepanjang tidak mengganggu kekuasaan pemerintah Belanda. Dalam bidang kemasyarakatan, pemerintah kolonial memanfaatkan adatkebiasaan yang berlaku dengan cara menggalakan rakyat agar mendekati Belanda, dan bahkan membantu rakyat menempuh jalan tersebut. Bahkan, pemerintah kolonial Belanda mengakomodasi kepentingan masyarakat Islam dalam mengatur urusan sipil, sepertinikah, cerai, warisan dengan syariat Islam, yang berlanjut hingga kinidalam bentuk Kantor Urusan Agama (KUA). Dan, dalam bidang politik, pemerintah kolonial harus mencegah setiap usaha yang akan membawa rakyat kepada fanatisme dan Pan-Islam. (Aqib Suminto, Politik Islam Hindia Belanda, [Jakarta: LP3ES, 1985], hlm. 12).
Jika dicermati, ciri-ciri "Islam politik" yang digambarkan Hurgronje mirip dengan ciri-ciri "Islam radikal atau Islam militan" yang dipromosikan oleh ilmuwan-ilmuwan neokonservatif belakangan ini, seperti "melawan Barat", "memperjuangkan Islam sebagai satu sistem politik dan hukum", dan sebagainya. Dalam kasus terorisme, misalnya, untuk memuluskan misinya dan mencitrakan dirinya "sebagaikawan Islam" dan bukan sebagai "musuh Islam", pejabat-pejabat AS dan sebagainya tak segan-segan mengunjungi dan membantu lembaga-lembaga Islam, mengundang tokoh-tokoh Islam, dan sebagainya. Mereka juga tak segan-segan berkampanye bahwa AS dan Inggris adalah pembela umat Islam.
Adalah menarik penjelasan Syamsudin Arif (majalah Islamia edisi ke-3, 2004) tentang sikap orang Eropa, khususnya Jerman, terhadap Islam. Sikap orang Jerman, kata Syamsudin, agak sulit digeneralisasi. Pada dasarnya mereka cukup toleran dan liberal, tidak opresif dan tidak memusuhi. Orang Jerman menghargai kebebasan beragama. Ini memberikan ruang kepada agama-agama non-Kristen termasuk Islam sehingga bisa berkembang. Sekarang ini jumlah Muslim di Jermandiperkirakan mencapai empat juta orang, kurang lebih seperempat dari total jumlah Muslim se-Eropa, yaitu sekitar 16 Juta orang. Ini angka yang cukup signifikan, baik secara sosial, politik, maupun ekonomi. Wajar kalau kemudian kalangan gereja, pemerintah, maupun intelektual mulai bimbang dan bersikap ambivalen. Di satu sisi mereka berusaha toleran, liberal, dan sekuler. Di sisi lain, mereka tidak mau Eropa diislamkan. Maka, muncullah gagasan "Euro Islam" atau Islam versi Eropa, yang tidak fundamentalis dan tidak fanatik, tetapi liberal dan sekuler. Jangan Eropa yang diislamkan, tetapi Islamlah yang harus dieropakan. Begitulah kira-kira mau mereka.
Gagasan itu kelihatannya ditanggapi serius oleh pemerintah Jerman. Maka, pada tanggal 22 Agustus 2004 diresmikan sebuah pusat pendidikan guru agama Islam di Universitas Muenster. Tujuannya, sebagaimana diungkapkan oleh Menteri Dikdasmen, Ute Schaefer, untuk mencetak guru dan mengontrol pengajaran agama Islam di sekolah-sekolah, agar siswa tidak diajarkan 'macam-macam'.
Dalam menghadapi Islam, pemerintah AS mengaplikasikan "pendekatan ganda", terutama dalam kasus perang melawan terorisme. Juru bicara Gedung Putih, Ari Fleischer, Selasa (18 September 2001), mengungkap pernyataan tentang politik "carrot and stick" AS terhadap berbagai negara di dunia. "Carrot" (wortel)--berupa dukungan dan bantuan AS--akan diberikan kepada negara-negara yang menunjukkan tanda-tanda dukungan terhadap kebijakan AS dalam memerangi terorisme. Sedangkan "stick" akan diberikan kepada negara-negara yang tidak mendukung kebijakan negara adidaya itu dalam memerangi terorisme. Indonesia, kata Fleischer, termasuk yang mendapatkan "carrot". Dalam tahap awal, "carrot" untuk Indonesia adalah berupapembaruan hubungan militer AS-Indonesia, mengingat sejak insiden Santa Cruz, Dili, 1995, Indonesia dijatuhi sangsi embargo bantuan militer dari AS. Sejumlah negara lain yang juga mendapatkan "carrot" adalah Jordania, Pakistan, Kuba, dan Sudan. Politik "carrot and stick" sangat populer diterapkan ASdi wilayah Timur Tengah sejak era tahun 1970-an. "Carrot" diberikan kepada negara-negara atau organisasi-organisasi yang mau mendukung kebijakan AS soal terorisme, tidak mengganggu kepentingan AS, dan khususnya yang tidak mengganggu Israel. Politik ini sebenarnya merupakan refleksikeangkuhan dan pelecehan bangsa-bangsa di dunia. Teori yang diambil dari dunia sirkus ini menggambarkan seorang pelatih binatang yang kedua tangannya memegang tongkat dan wortel. Binatang yang mematuhi instruksi pelatihnya akan diberi wortel, sedangkan yang membandel akan digebuk dengan tongkat sang pelatih. AS memainkan politik "carrot and stick" itu sesuai standar dan kepentingannya sendiri. Politik luar negeri ASlebih bercorak pragmatis, yakni hanya untuk memelihara kepentingan politik dan ekonominya sendiri. Meskipun hal itu dilakukan dengan cara melanggar nilai-nilai demokrasi dan HAM yang secara formal dinyatakan sebagai salah satu program kebijakan luar negerinya. Pada saat mengungkap kebijakan anti-terorisme internasionalnya, pada era 1970-an, AS tercatat sebagaipendukung kuat rezim-rezim diktator,otoriter, dan apartheit, seperti Shah Iran dan rezim apartheid di Afrika Selatan.
Apa yang dilakukan oleh AS di berbagai belahan bumi dapat dilihat dalam perspektif upaya AS untuk memelihara hegemoni imperialnya di berbagai belahan bumi, termasuk kebijakan "antiterorismenya". Sejak tahun 2001 AS semakin intensif menggalang kekuatan internasional, menghadapi dan menggebuk "musuh-musuh" yang dapat mengganggu hegemoni imperialnya. Pilihan AS untuk menetapkan sosok Osama bin Laden sebagai "terorisme nomor wahid" tentu bukan tanpa perhitungan. Sebagaimana dinasihatkan Lewis dan Huntington, hanya "peradaban Islam" yang dilihat sebagai potensi ancaman serius bagi "peradaban Kristen-Barat". Kebetulan, masyarakat Kristen Barat begitu mudah tersentuh emosinya jika berhadapan dengan "Islam" dan "Arab".
AS menggunakan tangan PBB untuk menghancurkan apa yang disebut sebagai "terorisme". Pada 28 September 2001, PBB telah mengesahkan satu resolusi yang disponsori AS untuk mengambil tindakan-tindakan keras terhadap sumber-sumber finansial serta dukungan logistik bagi kelompok-kelompok teroris. DK-PBB mengecam keras aksi serangan yang menelan ribuan korban jiwa di New York dan Washington. Peristiwa itu disebut sebagai "sebuah ancaman bagi perdamaian dan keamanan internasional".
Resolusi PBB itu sama sekali tidak secara khusus mendefinisikan apa itu seorang teroris, dan tidak juga mengidentifikasi seseorang yang diduga melakukan serangan ke AS. Kalangan ahli hukum dan HAM mengungkapkan kekhawatirannya bahwa rezim-rezim yang represif bisa menggunakan resolusi PBB itu untuk menindak keras para oposisi politiknya di dalam negeri.
Lagi-lagi masalhnya adalah "definisi yang objektif" tentang terorisme. Siapa yang disebut terorisme dan harus dijatuhkan sanksi atasnya? Jika Hamas dicap sebagai teroris karena memperjuangkan kemerdekaan Palestina dari penjajah Israel, apakah Israel yang jelas-jelas menerapkan berbagai aksi terorisme tidak masuk kategori teroris? Ketidakjelasan definisi semacam ini bisa sangat berbahaya, sebab akan memakan korban yang tidak selayaknya. Kasus pembantaian kaum Muslimin Bosnia oleh Serbia menunjukkan bagaimana persepsi yang salah telah memunculkan satu perilaku sangat biadab kaum Ortodoks Serbia terhadap Muslim Bosnia. Smail Balic,dalam tulisannya berjudul "Bosnia: The Chalenge of e Tolerant Islam", mencatat bahwa Muslim Bosnia adalah kaum yang sangat toleran dan penyokong persaudaraan dan persatuan yang dulu digelorakan oleh Presiden Josip Bross Tito. Tetapi, dalam propaganda Serbia, kaum Muslimin Bosnia digambarkan sebagai kaum fundamentalis dan militan. Padahal, sebagian besar Muslimin Bosnia adalah sekular dan berorientasi ke Barat. Tetapi, karena mereka Muslim, tetap saja dipandang sebagai Muslim, dan kemudian diperlakukan dengan sangat biadaboleh Serbia. Ratusan ribu dibantai, dan puluhan ribu Muslimah diperkosa, sebagai bagian dari politik pembasmian etnis Muslim. Semua itu terjadi di depan mata dan hidung bangsa Eropa. Dalam lima bulan pertama saja 500 masjid sudah dihancurkan.
Apa pun, banyak kaum Muslim dan organisasi Islam kini menderita karena politik "perang melawan teror" semacam ini. Banyak organisasi Islam di Indonesia yang biasanya menerima aliran dana bantuan dari Timur Tengah dengan leluasa, sekarang menjerit. Aliran dana itu, dengan alasan khawatir dikaitkan dengan teroris, tidak leluasa lagi mengalir ke umat Islam. Sebaliknya, pada saat yang sama, LSM-LSM Barat dengan leluasa mengucurkan dana ke umat Islam, dengan syarat-syarat tertentu, sesuai dengan misi dan kehendak mereka. Misalnya, untuk penyebaran paham liberalisasi Islam dan pluralisme agama.
Apakah dampak semacam ini merupakan hal yang tidak disengaja atau memang buah dari satu skenario? Jika dicermati, peristiwa 11 September 2001 lalu diikuti dengan berbagai aksi pengeboman terhadap kepentingan-kepentingan Barat, kemudian diikuti dengan berbagai kebijakan global atau nasional yang menyudutkan umat Islam. Sebagian umat Islam yang terlibat dalam aksi-aksi itu tampaknya tidak menyadari dampak global dari aksi yang mereka lakukan. Karena itu, banyak fakta dan analisis yang menunjukkanbahwa peristiwa-peristiwa itu seperti sengaja dibiarkan terjadi, untuk memberikan legitimasi satu kebijakan atau skenario tertentu terhadap umat Islam.
Dalam satu aspek saja,misalnya soalpenyebaran paham pluralisme agama, dampaknya sangat terlihat jelas di Indonesia. Organisasi-organisasi dan tokoh-tokoh Islam banyak yang tergoda untuk menyebarkan paham ini, tanpa melakukan kajian kritis yang memadai. Di samping logika yang mudah dicerna oleh banyak orang, faktor finansial juga sangat mendukung penyebaran paham ini. The Asia Foundation, misalnya, melakukan penyaluran dana besar-besaran untuk mendukung penyebaran paham yang berdampak serius terhadap asas-asas keimanan Islam ini. Hal semacam inikah yang sebenarnya telah dirancang sebelumnya?
Dalam hal ini, Barat tetaplah Kristen, meskipun bersifat nominal, sekular, liberal. Sentimen-sentimen Kristen tetap bercokol, khususnya dalam memandang Islam. Itulah yang terjadi ketika mereka menerima laporan tentang nasib kaum Kristen yang berada di dalam negeri Islam. Mereka sangat sensitif, dan tidak jarang kemudian bersikap tidak objektif. Simaklah kasus Timor Timur (Timtim) dan peranan Uskup Belo, yang akhirnya memaksa Indonesia melepaskan wilayah yang oleh rakyat Indonesia, melalui MPR, telah disahkan sebagai salah satu propinsi di Indonesia. Meskipun sebagai umat minoritas di Indonesia, kaum Kristen/Katolik terbukti mampu memenagkan "perang opini"di dunia internasional. Uskup Belo terbukti mampu menipu dunia dengan mengusung isu islamisasi di Timtim, sehingga mendapat simpati dunia Krsiten. Padahal, fakta yang ada justru sebaliknya. Yang terjadi di masa integrasi adalah katolikisasi, bukan islamisasi. Tahun 1972 orang Katolik Timtim hanya 187.540 dari jumlah penduduk 674.550 jiwa (27,8%). Tahun 1994, jumlah orang Katolik menjadi 722.789 dari 783.086 jumlah penduduk (92,3%). Jadi, dalamtempo 22 tahun di bawah Indonesia jumlahorang Katolik Timtim meningkat 356,3%. Padahal, Portugis saja, selama 450 tahun menjajah Timtim hanya mampu mengatolikkan 27,8% orang Timtim. Melihat pertambahan penduduk Katolik yang sangat fantastis itu, Thomas Michel, Sekretaris Eksekutif Federasi Konferensi para Uskup Asia yang berpusat di Bangkok, menyatakan, "Gereja Katolik di Timtim berkembang lebih cepat dibanding wilayah lain mana pun di dunia." (Bilveer Singh, Timor Timur, [Jakarta: IPS, 1998], hlm. 305-311).
Kaum Kristen Indonesia juga berhasil menciptakan opini di tingkat internasional, bahwa mereka terancam dan tertindas di Indonesia--termasuk di Poso dan Maluku. Parlemen Eropa danpemerintah AS berulang-ulang menyebut Laskar Jihad sebagai pembuat masalah di Maluku dan Poso. Padahal, siapakah yang memulai konflik di Maluku? Bukankah Laskar Jihad datang setahun setalah konflik di Maluku berlangsung? Pihak Kristen Eropa seperti tidak mau tahu fakta yang sebenarnya, tetapi mereka hanya merujuk pada surat kaum Kristen Maluku: "... sedangkan beberapapemimpin gereja, termasuk Uskup Amboina Mgr Mandagi, dan Moderator Sinode Gereja Protestan Maluku Pdt. Dr. Hendriks, mengirimkan surat tertanggal 29 April 2002 kepada Sekjen PBB Kofi Anan, meminta bantuan PBB bagi pemerintah Indonesia guna menghentikan pembantaian lebih jauh ...."
Dengan menciptakan citra bahwa kaum KristenIndonesia terancam, kaum Kristen berhasil melakukan Kristenisasi dengan relatif leluasa. Apalagi, banyak tokoh Islam yang kemudian mendukung mereka. Mantan Presiden Abdurrahman Wahid, misalnya, menurut harian Koran Kompas (29 Januari 2002), pada tanggal 28 Januari 2002, telah dinobatkan sebagai anggota Legium Christum (Laskar Kristus) di Manado. Sebagai anggota kehormatan, Wahid mendapat tugas khusus, yaitu sebagai ujung tombak menolak pemberlakukan Piagam Jakarta dan melalui NU melindungi orang Kristen di Jawa.
Tipuan opini--mencitrakan sebagai kaum tertindas--selama puluhan tahun juga sukses dilakukan oleh kaum Yahudi. Dalam sejarah, kaum Yahudi berhasil mencengkeram opini dunia dengan menciptakan mitos "holocaust", sehingga selalu mengesankan bangsa Yahudi sebagai bangsa tertindas. Padahal, menurut Ralph Schoenman, pembantaian sekitar 6 juta warga Yahudi di Jerman (holocaust) adalah buah kerja sama antara tokoh-tokoh Zionis dengan Nazizme, untuk menciptakan kesan bahwa Yahudi adalah bangsa tertindas dan layak mendapat simpati dunia. Schoenman menyodorkan sederet fakta tentang kerja sama Zionis dan Nazi dalam memuluskan upaya pendirian negara Yahudi di Palestina dan "pemaksaan" orang-orang Yahudi agar mau berpindah ke Palestina.
Dalam bukunya, Zionist Relations with Nazi Germany, Faris Glubb, seorang sastrawan dan sejarawan Inggris mencatat banyak data seputar ini dari sumber-sumber Yahudi. Para tokoh Zionis sebenarnya melakukan kerja sama atau kolaborasi dengan Nazi Jerman untuk menggiring imigran Yahudi ke Palestina. Glubb mencatat pada akhir bukunya: "Cerita lengkap mengenai peran Zionisme selama masa Hitler tidak banyak diketahui, bukan hanya oleh dunia, bahkan oleh kalangan komunitas Yahudi sendiri. Betapa rapatnya cerita itu ditutupi, dan mitos bahwa kaum Zionis adalah para pembela Yahudi banyak beredar merupakan indikasi telah berhasilnya gerakan Zionis dalam seni propaganda."
Jadi, trauma-trauma yang dialami Kristen Barat terhadap Islam di masa lalu memang telah menciptakan mitos-mitos ketakutan terhadap Islam. Tidaklah aneh jika sensitivitas perasaan masyarakat Kristen terhadap Islam ini dengan mudah dieksploitasi untuk kepentingan politik. Dalam berbagai aspek, kaum muslimin sendiri menyimpan trauma yang mendalam, sehingga menyimpan memori sensitif terhadap Yahudi dan Nasrani. Sejarah membuktikan, seberat apa pun konfliknya, kaum Muslimin tak pernah menjadi pihak yang memiliki tradisi melakukan pembantaian atau penindasan terhadap kaum nonmuslim

oleh : Shibghoh Zahid Dept.BANGMIKAT Ikatan Pelajar Persis