KONTROVERSI “MAULID” NABI




KONTROVERSI “MAULID” NABI
Oleh : Ilham Habiburahman
(Ketua Bidang Kajian Intelektual Islam Ikatan Pelajar Persatuan Islam)
 
            Maulid berasal dari bahasa arab  walada-yalidu yang berarti melahirkan, dari kata ini muncul kata maulid yang berarti kelahiran. ketika disandingkan dengan kata Nabi berarti menunjukan kelahiran Nabi, di Indonesia hal ini sudah diketahui oleh umum ketika mendengar maulid Nabi maka identik dengan memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW; Khotamul Anbiyaa (penutup para Nabi).
            Mayoritas kebanyakan orang yang mengaku sebagai muslim sebagaimana ditanamkan dalam berbagai tingkatan pendidikan yang berbasis Islam khususnya yakin dan tau betul bahwa Nabi Muhammad dilahirkan pada tanggal 12 Rabi’ul Awal. Maka dari itu banyak di beberapa negara yang memperingati pada tanggal ini dengan berbagai cara perayaan, bahkan di negara kita sendiri hingga ditetapkan sebagai hari libur nasional. Berikut ini penulis rangkum ada beberapa tinjauan yang dirasa masih menjadi persolan mengenai maulid Nabi atau biasa disebut muludan.
            Permasalahan Pertama, kenapa harus 12 rabiul awal?
Perlu diketahui, adanya kalender hijriah itu adalah ketika Nabi hijrah dari Makkah menuju Madinah. Dalam buku Muhammad Husein Haekal mengenai ”biografi Nabi Muhammad” sebetulnya mengenai waktu kelahiran Nabi masih banyak perbedaan pendapat. Sebagian besar para ahli menyatakan 570 masehi (tahun gajah),  Ibnu Abbas juga mengatakan bahwa Nabi lahir pada tahun gajah itu. Yang lain berpendapat 15 tahun sebelum tahun gajah, ada yang mengatakan ia dilahirkan beberapa hari atau beberapa bulan setelah tahun gajah, ada yang menaksir 30 tahun dan ada juga yang hingga 70 tahun.
            Juga para ahli berlainan pendapat mengenai bulan kelahiranya. Sebagian besar mengatakan bulan rabiul awal, ada yang mengatakan bulan Muharram, yang lain berpendapat bulan Saffar, sebagian lain mengatakan bulan Rajab, sementara yang lain bulan Ramadan.
            Kelainan pendapat itu juga mengenai hari bulan ia dilahirkan. Satu pendapat mengatakan malam kedua Rabiul Awal, atau malam kedelapan, atau kesembilan. Tetapi pada Umumnya mengatakan dia dilahirkan tanggal 12 Rabiul awal. Ini adalah pendapat Ibn Ishaq dan yang lain. Dalam Buku Caussin de Perceval dalam Essai sur I’Historie des Arabes menyatakan, bahwa Muhammad dilahirkan bulan Agustus 570 M yakni tahun gajah. Dan bahwa ia dilahirkan di mekkah di rumah kakenya Abd’Muthalib.
            Permasalahan kedua, Kenapa harus ada perayaan memperingati ?
            Dalam beberapa hal yang  dianggap penting biasanya orang melakukan satu perayaan untuk menunjukan rasa syukur pada yang maha kuasa. Namun hal itu kebanyakan orang sering tidak tertuju dengan apa yang dimaksud syukur atau tidak bisa memaknai syukur itu sendiri, sehingga orang sering kali salah kaprah melaksanakan satu hal yang tidak didasari dengan landasan-landasan iman. Sehingga ulama mendefinisikan syukur secara ketat :
استعمل العبد ما انعم الله عليه لاجله
“seorang hamba yang memberdayakan apa-apa yang dikaruniakan oleh Allah, untuk satu hal yang ditentukan (maksudnya)”
            Dari definisi di atas jelas, bahwa yang dimaksud syukur ialah menempatkan apa yang karuniakan oleh-Nya pada tempatnya bukan menempatkanya pada tempat yang lain atau biasa disebut Dzalim.
            Berbicara memperingati kelhairan maka pikiran kita akan tertuju pada tradisi Ulang tahun, sudah menjadi trand di seluruh dunia bahkan menjadi hal biasa bagi orang-orang muslim sendiri khususnya di Indonesia, dengan memperingati hari kelahiran mereka, mereka sibukan waktu pada hari itu, menghabiskan bianya hanya untuk sebuah canda tawa yang sesaat tanpa ada makna ibroh atau rasa syukur pada yang telah memberi umur. Konon dalam sejarah mencatat bahwa orang yang pertama kali melaksanakan ulang tahun adalah  seorang raja yang bernama Raja Namrud. Seorang Raja yang pertama kali mencetuskan adanya hirarki kerajaan di babilonia yang sekarang menjadi Irak. Beliau adalah cucu dari Nabi Nuh as yang paling keras menentang ajaranya sehingga konon ia hingga menikahi ibunya sendiri.
            Jadi siapakah yang menjadi panutan kita ? Lalu bagaimana halnya dengan Muludan apakah hal ini sama hal nya dengan ulang tahun ? atau bukan ? apakah sama halnya dengan Natal yang memperingati kelahiran Nabi isa ? kenapa kita hanya memperingati kelahiran Nabi Muhammad tapi tidak ikut melaksanakan natal memperingati kelahiran Nabi Isa as ? bukankan Nabi Isa juga adalah nabi kita ? kenapa tidak merayakan hal yang sama dalam muludan pada saat Natal ?
                Para ahli sejarah berbeda pendapat mengenai siapa yang pertama kali memperingati hari maulid (kelahiran) Nabi. Namun kebanyakan ahli tau betul bahwa hal ini pernah dicetuskan dan diperintahkan untuk memperingati kelahiran nabi oleh seorang khalifah dinasti Ayubiyyah, Salahudin Al-ayyubi orang barat biasa menyebutnya Saladin, seorang jenderal yang dikenal di dunia Islam maupun kristen karena kehebatanya pada peristiwa perang Salib (crusade).
            17 November 1095 Paus Urbanus II mengeluarkan sebuah maklumat penting di Clermont dengan menyerukan umat kristen untuk membebaskan kota suci Yerusalem dari penindasan umat islam, inilah awal terjadinya perang salib (the crusade). Dan Tahun 1099 yerusalem jatuh ketangan tentara salib, dan masjidil Aqsa dirubah menjadi gereja. Umat islam saat itu kehilangan semangat juang dan persaudaraan. Oleh sebab itu saladin menghimbau seluruh umat muslim diseluruh dunia untuk memperingati hari lahir Nabi Muhammad agar terciptanya rasa cinta dan semangat serta ukhuwah yang kuat untuk melawan dan merebut kembali kota Yerusalem.
Hal ini sempat ditentang oleh para ulama karena tidak sejalan dengan syariat dan tidak pernah ada sejak zaman Nabi. Namun saladin berasalan bahwa hal ini bukan sebuah ritual agama yang termasuk dalam kategori Bid’ah, menurutnya ini hanya bertujuan untuk syiar agama agar ukhuwah kembali terjaga.
Salah satu kegiatan yang diadakan oleh Sultan Salahuddin pada peringatan maulid nabi yang pertama kali tahun 1184 (580 Hijriah) adalah menyelenggarakan sayembara penulisan riwayat Nabi beserta puji-pujian bagi Nabi dengan bahasa yang seindah mungkin.
Seluruh ulama dan sastrawan diundang untuk mengikuti kompetisi tersebut. Pemenang yang menjadi juara pertama adalah Syaikh Ja`far al-Barzanji. Karyanya yang dikenal sebagai Kitab Barzanji sampai sekarang sering dibaca masyarakat di kampung-kampung pada peringatan maulid nabi. Ternyata peringatan maulid nabi yang diselenggarakan Sultan Salahuddin itu membuahkan hasil yang positif. Semangat umat Islam menghadapi Perang Salib bergelora kembali. Salahuddin berhasil menghimpun kekuatan, sehingga pada tahun 1187 (583 Hijriah) Yerusalem direbut oleh Salahuddin dari tangan bangsa Eropa, dan Masjid al-Aqsa menjadi masjid kembali sampai hari ini.
            Islam memang tidak melarang ada satu hal yang baru dalam hal keduniawian, namun ketika hal itu disangkut pautkan dalam ritual ibadah maka hal itu harus ditinggalkan sekalipun itu harus menanggalkan persaudaraan. Seperti kata seorang kristolog ulama perbandingan agama Dr. Zakir Abdul Naik, “untuk mencapai satu tujuan tidak perlu menghalalkaan jalan yang haram”. Kita tida perlu Mabuk bersama, makan babi bersama, mengikuti adat orang barat hanya untuk mendapatkan perhatian dan persaudaraan. Mereka yang mampu mempertahankan keyakinan mereka, disebut sebagai “inthiwai” artinya lebih baik menyingkirakan diri dari hal yang bertentangan dengan keyakinan, demi terjaganya keselamatan akal dan fitrahnya.
            Ketika sultan salahudin menginstrusikan umat islam harus memperingati Maulid Nabi bukan berarti kita harus ikut sama-sama merayakan dengan dibumbui dengan ritual-ritual yang tidak ada contohnya, sehingga sering terjadi kesalahpahaman maksud bahkan menjadi sebuah penyimpangan. Pada dasarnya tendensi maksud sultan salahudin mengajak kita ialah untuk kembali pada jalan-jalan yang telah digariskan dan pusaka yang dititipkan oleh Nabi, Yakni Al-quran dan Sunnah. Imam malik pernah menasihatkan :

لا يصلح امر هذه الامة الا بما صلح به اولها

tidak akan dapat diseleseaikan persoalan umat (islam) ini kecuali dengan apa-apa yang pernah membawanya jaya dahulu (Qur’an dan Sunnah Nabi SAW)
            Tidak perlu khawatir dan ragu terhadap al-qur’an dan sunnah nabinya akan membawa kita pada kemunduran, justru kedua hal ini dapat mensukseskan jalan hidup kita di dunia maupun akhirat. Bagaimana Nabi berdawah dan mempersatukan ummat hanya dalam jangka 23 tahun di bawah bimbingan Allah yakni Al-qur’an, sehingga Michael Hart menempatkan beliau sebagai orang nomor 1 paling berpengaruh di dunia. Kesuksesan itu tidak terlepas dari bimbingan quran dan sunnah, keduanya bukan pemecah dan penyebab kemunduran, tapi sebagai sebuah alat pemersatu dan pedoman hidup.
            KH.E.Abdurahman pun menegaskan “orang barat maju bukan karena mengikuti agamanya, tapi karena mengikuti sunnatullah, dan orang islam mundur bukan karena mengikuti agamanya, tapi karena meninggalkan syariat agamanya.”
Mengecewakanya di Indonesia saat ini, perayaan muludan di rayakan dengan pelbagai macam cara yang bertentangan jauh dengan syariat agama, contoh di banten mereka mendatangi komplek masjid agung banten yang terletak 10 km arah utara kota serang, menziarahi makam para sultan antara lain sultan hasanudin, secara bergiliran. Sebagian diantaranya berendam di kolam masjid itu, konon katanya untuk mendapat berkah. Ada sebagian yang membawa air itu pulang dan dijadikan obat.
            Contoh lain di daerah cirebon, pada tanggal 11-12 Rabiul Awal banyak orang datang ke makam Sunan Gunung Djati. Mereka mencuci barang-barang pusaka Sunan gunung jati dan berebut memperoleh air bekas cucian pusaka tersebut.
            Contoh perayaan di atas tentulah sudah jauh menyimpang dari Syariat, dan bahkan bisa termasuk dosa paling besar yakni kemusrikan. Naudzubillah.
Oleh sebab itu dari beberapa penjelasan diatas kita dapat menyimpulkan beberapa perkara yang mesti diperhatikan :
1.      Mengingat Nabi bukan berarti hanya harus memperingati tanggal kelahiranya, tapi kembali dan mengamalkan sunnahnya.
2.      Satu hal yang tidak ada dalam syariat kemudian dicampuri dengan ritual-ritual ibadah maka hukumnya haram.
3.      Untuk mempersatukan ukhwah, meninggikan syiar bukan berarti harus mengikuti adat kafir dan hal bid’ah, tapi yang menjadi tolak ukurnya kembali kepada Al-quran dan Sunnah Nabinya.
  KH.E Abdurrahman pun dalam bukunya Al-Ibroh membuat sebuah nasihat menarik, sebagai berikut :
jika seorang telah berani berlumpur semata kaki, maka ia sudah siap untuk berlumpur hingga selutut”
            Artinya ketika kita sudah mau mengikuti satu hal buruk, maka artinya kita sudah siap untuk menerima hal buruk lainya. Ketika kita sudah mau mengikuti adat kafir sekalipun hanya sedikit, maka kita sudah bersedia untuk mengikuti adat, ajaran dan bahkan akidah kita sendiri jadi taruhanya.
Wal-‘Llahu a’lam bis-shawab.

ANTARA DOSA DAN BENCANA

ANTARA DOSA DAN BENCANA;
Kajian Kritis Terhadap Kondisi Negara
Oleh : Ilham Habiburahman
(Ketua Bidang Kajian Intelektual Islam Ikatan Pelajar Persis)

Tanggal 25 April 2015 terjadi sebuah gempa berkekuatan 8,5 SR yang berhasil meluluhlantahkan ribuan rumah dan bangunan di Nepal yang merenggut nyawa hingga 9000 orang, 19 orang meninggal ketika mendaki gunung tertinggi di dunia Everest dan ratusan lainya menghilang. Di India pada bulan Mei terjadi sebuah gelombang panas yg mencapai 45 derajat Celcius hingga 49 derajat C̊̊elcius. Di china pada bulan yang sama terjadi banjir bandang, yang memaksa ratusan penduduk mengungsi ke daerah lain. Dan sampai hari ini negara tercinta kita Indonesia masih belum luput dari berbagai bencana, perekonomian yang anjlok, kebakaran hutan, asap, Banjir, Puting beliung, kekeringan dan lain sebagainya, bahkan menurut data dan informasi bencana BNPB terjadi sekitar 1.229 kali bencana di Indonesia tahun ini. Ada apa sebenarnya ?
            Apakah Allah menurunkan berbagi bencana ini secara sembarang, atau semua ini tidak luput dari tangan-tangan manusia ?
            Pertama, Jika Allah menurunkan bencana-bencana ini secara sembarang maka Allah menegaskan dalam surat Hud : 117
 dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan.”
            Dalam satu riwayat Ibnu Abbas, salah seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah :
يا رسول الله أتهلك القرية فيهم الصالحون ؟ قال : نعم فقيل : لم يا رسول الله ؟ قال : بتهاونهم وسكوتهم عن معاصي الله
“wahai rasulullah mungkinkah Allah membinasakan (mendatangkan bencana) pada satu negeri sedang di dalamnya terdapat banyak orang saleh? Nabi menjawab : Mungkin, sahabat bertanya : Bagaimana mungkin ya rasulullah, Nabi menjawab : Acuh dan diamnya orang-orang yang saleh terhadap kemaksiatan kepada Allah(yg ada disekelilingnya) (Kitab Mu’jam al Kabir)
            Ayat dan hadis di atas menegaskan bahwa kita tidak cukup untuk menjadi saleh dan baik sendiri tanpa mempedulikan lingkungan di sekiitar kita, artinya jika tidak ingin Allah datangkan bencana maka kita wajib peka terhadap sebuah kedzaliman, kemaksiatan, kejahatan yang terjadi di sekitar kita.
            Kedua, Apa benar semua ini karena ulah dari manusia itu sendiri, Allah menegaskan dalam surat Asy-syura Ayat 30-31 :
30. dan apa saja musibah yang menimpa kamu Maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).
31. dan kamu tidak dapat melepaskan diri (dari azab Allah) di muka bumi, dan kamu tidak memperoleh seorang pelindung dan tidak pula penolong selain Allah.
            Ayat ini jelas mengatakan bahwa segala bencana dan musibah yang terjadi tidak lepas dari kedzaliman manusia itu sendiri.
            Marilah kita sedikit mengkaji hal-hal apa saja yang dapat mengundang bencana dan murka Allah. Kita perhatikan ayat berikut ini :
dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian [841] kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.
            Allah sudah menceritakan berbagai kisah kebinasaan sebuah bangsa dan umat di dalam Al-quran dengan alasan yang berbeda beda, seperti penyimpangan yang dilakukan oleh kaum Nabi Luth yang mendatangi sesama jenis untuk melampiaskan Nafsunya termasuk didalmnya istri nabi Luth sendiri. Maka Allah timpakan kepada mereka hujan batu.
            Tahun 2004, dalam satu jurnal yang bernama juranl justitia yang dikeluarkan oleh fakultas syariah IAIN walisongo Semarang, ada sebuah tulisan yang berjudul “Indahnya kawin sejenis” dalam isinya dikatakan : “hanya orang primitif yang menganggap kawin sejenis itu abnormal dan berbahaya, Bagi kami tidak ada alasan dengan dalil apapun untuk melarang kawin sejenis, karena tuhan sudah berhasil membuat proyeknya menciptakan manusia bahkan kebablasan, kalau dulu tuhan mengutus luth untuk menumpas kaum homo karena menggagalkan proyek tuhan dalam penciptaan manusia, maka sekarang tuhan perlu mengutus seorang Nabi untuk melegalkanya kembali, supaya mengurangi proyeknya. Itu pun jika tuhan masih peduli terahadap alam-Nya. Bagi kami jalan terus Homoseks, Anda berada dijalan yang benar”
            Betapa sebuah pemikiran yang dangkal, ketika panca indra yang tidak dikawal oleh akal, ketika akal sudah tidak bisa dibatasi oleh wahyu ilahi. Nauzdzubillahi min dzalik.
Indonesia, sebuah negara berkembang dengan sistem demokrasi, kita lihat bagaimana kemajuan konstitusi, perekonomian, penanganan berbagai kriminalitas dan sebagainya , nampaknya masih jauh tertinggal dari negara-negara lain. Apa yang menghambat indonesia bergerak lebih cepat ? Allah memberikan sebuah ultimatum dalam surat Al-isra Ayat 16 :
“ dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, Maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, Maka sudah sepantasnya Berlaku terhadapnya Perkataan (ketentuan kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.”
            Ayat ini menjadi sebuah peringatan keras, ketika sebuah negeri dipimpin oleh orang-orang yang tidak mengindahkan peringatan-peringatan Allah, maka jangan salah jika negeri itu dilanda banyak bencana dan musibah. Yang mana bencana itu tidak hanya menimpa pada yamg dzalim saja melainkan orang-orang saleh pun bisa terkena imbasnya (QS. Al-Anfal : 25)
            Didalam kitab Kanzul Umal ada satu hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas Nomer 44006 berikut beberapa hal yang dapat mengundang bencana, Nabi SAW bersabda :
خمس بخمس : مانقضقومالعهدإلاسلط عليهم عدوهم وماحكموابغيرماأنزلالله إلانشأفيهمالفقرولاظهرفيهمالفاحشةإلافشافيهمالموتولاطفقواالمكيالإلامنعواالنباتوأخذوابالسنينولامنعواالزكاةإلاحبسعنهمالقطر
“Lima perkara yang dibalas lima perkara : tidaklah mengingkari janji satu kaum kecuali dikalahkan musuhnya, tidaklah berhukum kepada apa yang diturunkan Allah, kecuali merajalela kefakiran, dan tidak merajalela fahisyah (Zina, mencuru, Homo) kecuali pasti banyak kematian, dan tidak mengurangi timbangan dan takaran kecuali gagal panen dan kekeringan panjang, dan tidak menahan zakat kecuali tidak diturunkan hujan. (Ath thabrani)

            Dari beberapa keterangan di atas maka kita dapat simpulkan beberapa hal yang dapat mengundang datangnya bencana diantaranya :
1.     Kufur nikmat, ketika satu negeri dipenuhi orang-orang yang kufur nikmat sedangkan Allahlah yang selalu memberi nikmat maka pantas Allah menjadi murka.
2.     Ingkarnya pemimpin, berbuat dzalim, tidak berhukum atas ketentuan kitabulllah maka jangan salah negeri itu akan dilanda banyak perpecahan, kemiskinan, kefakiran dan bencana.
3.     Merajalelanya kedzaliman
4.     Diamnya orang-orang saleh ketika disekitarnya banyak terjadi kemaksiatan dan kezhaliman.
5.     Bila satu kaum kebanyakan orang yang tidak menjalankan ketentuan Allah dan sunnah Rasulnya maka jangan salah bila kaum itu banyak di datangi kejahatan, perampokan, pembegalan, kezaliman dsb.
6.     Bila satu negeri sudah banyak Fahisyah seperti perzinahan, Homo, lesbi, transgender dan lain sebagainya, maka negeri itu akan banyak didatangi penyakit yang belum pernah menimpa orang-orang sebelumnya, Seperti HIV/AIDS penyakit yang ditemukan pada akhir tahun 1980 ini, ada orang yang mengatakan penyakit ini pada dasarnya hanya pada hewan, tidak mungkin ada jika manusia tidak berzina, melakukan penyimpangan seks, mengkonsumsi obat-obatan terlarang dsb.
7.     Pengurangan takaran dan timbangan, seperti azab yang datang kepada kaum Nabi Syu’aib (Madyan) ketika mereka melakukan kelicikan dalam bermuamalah maka mereka diguncang sebuah gempa dahsyat (Al-A’raf 85 & 91)
8.     Tidak mau membayar zakat, ketika satu negeri dipenuhi orang-orang yang tidak mau menunaikan zakat, Maka Allah tahan turunya Air hujan pada negeri itu, bahkan dalam riawayat lain kalau bukan karena binatang ternak Allah tidak akan menurunkan hujan selama-lamanya.

Oleh sebab itu marilah kita mengintrospeksi diri, apakah kita termasuk kepada orang-orang yang mengundang murka Allah, kalau tidak marilah kita mengajak melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar, karna Nabi mengharapkan kepekaan terhadap orang-orang disekitar kita bilamana kita tidak mau sebuah musibah menimpa kita. Karena bila datang sebuah musibah dan bencana ia tidak akan pandang bulu :

dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. dan ketahuilah bahwa Allah Amat keras siksaan-Nya. (Al-anfaal : 25)

Akhir kata, kita hanya dapat berserah diri dan berlindung dari ketentuan dan ketetapan Allah, Manusia hanya bisa berkihtiar Allah yang menentukan, Dilalah ‘ala Qudratillah (segala sesuatu yang terjadi tidak lepas dari ketentuan dan takdir Allah)

            Bandung, 7 November 2015

DARI RG-UG HINGGA PELAJAR PERSIS

Tahun 1943 di bandung berdiri organisasi pelajar bernama Rijalul Ghad dan Ummahatul Ghad di singkat RG-UG. Organisasi intra Pesantren PERSIS ini eksistensinya sanggup bertahan hingga sekarang. RG-UG telah berhasil mencetak kader- kader yang unggul. Sebut saja Ust Shiddiq Amienullah (Alm) atau Prof. Maman Abdurrahman beliau adalah alumni RG- UG.
Tahun 1966 di prakarsai oleh PP. Pemuda PERSIS di pesantren PERSIS Benda Tasikmalaya di gelarlah sidang untuk menetapkan Nidzam Asasi- Nidzan Dakhili RG- UG. Sidang tersebut menghasilkan beberapa butir peraturan penting yakni tentang FKD (Forum Komunikasi Daerah) untuk tingkat kota, FKW (Forum Komunikasi Wilayah) untuk tingkat provinsi, dan FKN (Forum Komunikasi Nasional) untuk tingkat Pusat/ Nasional, format seperti ini tidak tersosialisasikan dan terlaksanakan.
Tahun 2005 saat Muktamar XIII PERSIS di Jakarta menjadi titik balik bagi pelajar PERSIS. Di gelaran SILATNAS I (Silarurrahmi Nasional ke- 1) Santri PERSIS di bumi perkemahan Cibubur, pelajar PERSIS mulai mewancanakan IPP (Ikatan Pelajar PERSIS).
Tahun 2008 di gelaran SILATNAS II di bumi perkemahan kiara payung Sumedang, untuk mengakomodir aspirasi para pelajar PERSIS, di bentuklah Majlis Presidium IPP. Majlis Presidium ini adalah 48 Pelajar dari seluru Pesantren PERSIS di Indonesia yang bertugas sebagai Formatur.
Tahun 2009 dalam gelaran Silaturfikri-sSilaturrahmi di Viaduct di sepakatilah untuk segera JAMNAS III (Jambore Nasional ke- 3) Santri PERSIS di PPI 84 Ciganitri Bandung, seluruh santri sepakat untuk melaksanakan Kongres Nasional.
Tepat tanggal 23-24 September 2010 di Garut terselenggaralah Kongres Nasional yang di prakarsai oleh Pelajar PERSIS Garut dan di buka langsung oleh Ketua Umum PERSIS massa Jihad 2010-2015, Prof. Maman Abdurrahman, MA,. (Diolah dari beberapa sumber)