Ada apa dengan Baiat Santri Persis?
Oleh : Kholid Barkah
(Staff Komunikasi & Informasi PP. Ikatan
Pelajar Persis)
Dengan
didirikannya Pesantren Persis oleh A. Hassan pada tahu 1943 di Pajagalan,
Bandung, menjadi titik tolakan perjuangan dakwah dalam bidang pendidikan yang
bertujuan untuk menciptakan Generasi Rabbani, berakhlakulkarimah
serta Tafaquh Fiddin. Sistem
pendidikannya pun dikemas seefektif mungkin yang berdasarkan pada Al-Quran dan
As-Sunnah yang menjadi landasan filosofis didirikannya Persatuan Islam (PERSIS).
Sebagai sebuah Jam’iyyah,
Persis menempatkan kadernya di barisan paling depan dalam hal mendobrak aktivitas-aktivitas masyarakat yang bertolak belakang
dengan ideologi yang dianutnya. Walaupun terkadang Persis sering menjadi
penentang lawan bagi masyarakat yang tidak sepaham dengan Al-Quran dan
As-Sunnah. Maka tak heran Persis pada masa pendiriannya dicap sebagai
organisasi masyarakat Islam yang ekstrim dalam menentang segala aktifitas
ibadah dan mu’amalah yang tidak sesuai pedomannya. Persis banyak berdebat
dengan ahli-ahli bid’ah, Islam tradisionalis, bahkan berdebat dengan Ahmadiyah.
Sang guru Persis A. Hassan mampu menyaingi pemahaman dan pemikiran lawan
debatnya. Walaupun kenyataanya Persis tidak menampakkan diri untuk terjun
langsung melawan aktivitas-aktivitas keagamaannya. Tapi dalam hal pemikiran,
Persis selalu menampakkan diri, berdebat langsung denga tokoh-tokoh mereka,
sehingga Persis dapat menemukan titik permasalahan pemikiran mereka yang
keliru. Dari sanalah Persis berdakwah dengan cara yang baik, bil mau’idhotil
hasanah. Tentunya banyak diantara kita yang belum bisa menangkap pemikiran
mereka yang keliru itu. Hasilnya, banyak pemikiran kita yang belum mampu
menerobos aktivitas-aktivitas keagamaan mereka.
Sebagai wahana
dakwah, Pesantren Persis harus bisa mengarahkan santrinya dalam segala
aktivitas yang didasarkan pada prinsip Al-Quran dan As-Sunnah. Dari mulai
bangun tidur sampai tidur lagi, seluruh kegiatannya bermanfaat dan tentunya
menghasilkan pahala yang akan menjadi bekal dalam mengarungi kehidupan akhirat.
Seperti kegiatan membaca Al-Quran, sholat lima waktu, shaum sunnah atau wajib.
Atau kegiatan yang bersifat mengubah karakter, seperti dibiasakan tidak
berbohong, tidak mengejek sesama makhluk Allah, tidak mencuri, tidak bersikap
sombong (riya/sum’ah), tidak bertengkar, dan sebagainya. Atas dasar tersebut,
di Pesantren Persis diadakanlah janji setia santri kepada Allah S.W.T.
dihadapan guru (asatidz pesantren) yang dikenal sebagai “Bai’at Santri Persis”
setiap seminggu sekali, ada juga yang melakukannya setiap hari. Isi bai’at
tersebutlah yang nantinya akan menjadi ruh setiap santri dalam menjalankan roda
kehidupan yang terus berputar, yang memaksanya untuk masuk ke dalam zaman yang
serba modern sehingga keluar dari zona amannya.
Kegiatan bai’at
ini menjadi adat kebiasaan di seluruh pesantren Persis dari mulai tingkat
RA/TK, Madrasah Ibtidaiyah/Diniyah, Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah
(Mu’allimin). Para santrinya bergema mengucapkan isi bai’at yang kebanyakan
berisi tentang pembinaan karakter yang diajarkan Rosulullah S.A.W.
Seiring
berjalannya waktu, bai’at ini hanya menjadi sebuah tradisi yang semu, tak
berbekas, tidak menjadi ruh, hanya diucapkan dibibir tapi tidak diamalkan
secara konsisten.
Jika dicermati
dengan sekasama, isi bai’at tersebut sarat dengan makna pendidikan yang
dicontohkan oleh Rosulullah S.A.W. untuk membina karakter umatnya. Seperti
tidak berbohong, maka harus berkata dengan jujur, tidak mengejek sesama, jika
dilaksanakan akan ada hati yang terluka. Imbasnya adalah saling dendam antara
satu dengan yang lain. Ukhuwah tidak terwujud, kasih sayang tidak tercapai,
kebohongan merajalela. Kalaulah bai’at tersebut dilaksanakan sebaik-baiknya dan
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, rasanya tidak ada santri persis yang
ikut tawuran, durhaka terhadap orang tua, malas belajar, mencuri, tawuran antar
pelajar, seks bebas, dendam yang berkepanjangan, saling ejek, dan sebagainya.
Para santri yang akan menjadi penerus dakwah Islam, tidak akan ragu lagi dalam
menghadapi zaman, tatkala prinsip dakwah pendidikan yang tercantum dalam Bai’at
Santri Pesantren Persis diamalkan serta direalisaikan kehidupan
ini.
~Wallahu
a’lam bis showab~
EmoticonEmoticon